Ads - After Header

Stunting pada Balita: Penyebab, Dampak, dan Cara Mencegahnya

Arsita Hemi Kusumastiwi

Stunting adalah kondisi ketika balita mengalami gangguan pertumbuhan sehingga tinggi badannya lebih pendek dibandingkan dengan anak seusia lainnya. Stunting disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan optimal balita. Stunting bisa terjadi sejak balita masih dalam kandungan hingga usia 2 tahun, yang merupakan periode penting untuk membentuk kesehatan dan kecerdasan anak.

Penyebab Stunting pada Balita

Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan stunting pada balita, antara lain:

  • Malnutrisi pada ibu hamil, yang bisa mengakibatkan bayi lahir prematur, berat badan lahir rendah (BBLR), atau intrauterine growth restriction (IUGR).
  • Kurangnya pemberian ASI eksklusif pada bayi, yang merupakan sumber gizi utama bagi bayi hingga usia 6 bulan.
  • Kualitas dan kuantitas makanan pendamping ASI (MPASI) yang tidak memenuhi kebutuhan gizi balita, seperti protein, zat besi, vitamin A, dan yodium.
  • Infeksi kronis atau berulang pada balita, seperti diare, batuk, cacingan, atau tuberkulosis, yang bisa mengganggu penyerapan dan pemanfaatan nutrisi oleh tubuh.
  • Faktor lingkungan yang tidak mendukung, seperti sanitasi yang buruk, akses air bersih yang terbatas, atau polusi udara, yang bisa meningkatkan risiko penularan penyakit.

Dampak Stunting pada Balita

Stunting bukan hanya masalah fisik, tetapi juga berdampak pada perkembangan otak dan kognitif balita. Beberapa dampak stunting pada balita adalah:

  • Pertumbuhan fisik yang terhambat, sehingga balita menjadi lebih pendek dan kurus daripada anak seusianya.
  • Perkembangan otak yang terganggu, sehingga balita mengalami keterlambatan dalam mencapai tahap-tahap perkembangan, seperti berjalan, berbicara, atau berhitung.
  • Kecerdasan yang menurun, sehingga balita memiliki kemampuan belajar, memori, dan konsentrasi yang lebih rendah daripada anak normal.
  • Daya tahan tubuh yang lemah, sehingga balita lebih mudah terserang penyakit, terutama infeksi.
  • Risiko penyakit kronis yang lebih tinggi di masa depan, seperti diabetes, hipertensi, atau penyakit jantung.
BACA JUGA  Mengelola Emosi Remaja: Panduan untuk Orang Tua

Cara Mencegah Stunting pada Balita

Stunting pada balita bisa dicegah dengan cara-cara berikut:

  • Memberikan gizi yang cukup dan seimbang pada ibu hamil, terutama pada trimester pertama dan kedua, yang merupakan masa kritis untuk pertumbuhan janin.
  • Memberikan ASI eksklusif pada bayi hingga usia 6 bulan, tanpa tambahan makanan atau minuman lain, termasuk air putih atau susu formula.
  • Memberikan MPASI yang bervariasi, bergizi, dan sesuai dengan usia balita, mulai dari usia 6 bulan. MPASI harus mengandung sumber protein hewani, seperti telur, daging, atau ikan, serta sayur dan buah yang kaya vitamin dan mineral.
  • Melakukan imunisasi lengkap pada balita, sesuai dengan jadwal yang ditetapkan oleh pemerintah, untuk mencegah penyakit yang bisa menyebabkan stunting, seperti campak, polio, atau hepatitis.
  • Menjaga kebersihan lingkungan, seperti membuang sampah pada tempatnya, memasak air minum hingga mendidih, atau mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, untuk menghindari penularan penyakit yang bisa mengganggu gizi balita.
  • Memberikan stimulasi yang tepat pada balita, seperti bermain, bercerita, atau bernyanyi, untuk merangsang perkembangan otak dan kognitif balita.

Stunting pada balita adalah masalah yang serius dan membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat. Jika Anda mencurigai balita Anda mengalami stunting, segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan yang sesuai. Jangan biarkan stunting menghambat masa depan balita Anda.

Also Read

Bagikan:

Tags

Leave a Comment

Ads - Before Footer