Ads - After Header

Mengapa Kaum Nabi Nuh Menyembah Patung?

Dwi Cahyo Ferdiansyah

Kaum Nabi Nuh adalah salah satu umat manusia yang hidup di masa lalu, yang mendapat peringatan dari Allah SWT melalui utusan-Nya, Nabi Nuh AS. Namun, kaum ini tidak mau mendengarkan seruan Nabi Nuh untuk kembali beriman kepada Allah dan meninggalkan penyembahan berhala. Lalu, apa yang menyebabkan kaum Nabi Nuh menyembah patung? Apa akibatnya bagi mereka? Dan apa hikmah yang bisa kita ambil dari kisah ini?

Sejarah Penyembahan Patung Kaum Nabi Nuh

Menurut beberapa sumber sejarah, penyembahan patung oleh kaum Nabi Nuh bermula dari penghormatan mereka terhadap orang-orang shalih yang pernah hidup di antara mereka. Salah satunya adalah Wadd, seorang laki-laki yang disukai oleh banyak orang karena kebaikannya. Ketika Wadd meninggal, kaum Nabi Nuh merasa sedih dan mengelilingi kuburannya. Kemudian, syetan datang dalam wujud manusia dan menawarkan untuk membuatkan gambar Wadd agar mereka bisa selalu mengenangnya. Kaum Nabi Nuh pun setuju, dan syetan membuatkan gambar Wadd yang mereka letakkan di tempat berkumpul mereka.

Lama-kelamaan, syetan menyesatkan mereka dengan membujuk mereka untuk membuat patung Wadd dan meletakkannya di rumah mereka masing-masing. Kaum Nabi Nuh pun melakukannya, dan mulai menghormati patung Wadd dengan menciumnya dan memintanya berkah. Syetan kemudian menambahkan patung-patung lain yang mewakili orang-orang shalih lainnya, seperti Suwa, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr. Kaum Nabi Nuh pun akhirnya menyembah patung-patung itu sebagai tuhan-tuhan mereka, dan melupakan Allah SWT yang menciptakan mereka.

Dakwah Nabi Nuh dan Penolakan Kaumnya

Allah SWT mengutus Nabi Nuh AS untuk mengajak kaumnya kembali beriman kepada Allah dan meninggalkan penyembahan berhala. Nabi Nuh AS berdakwah dengan sabar dan ikhlas selama 950 tahun, namun hanya sedikit yang mau mengikutinya. Sebagian besar kaumnya menolak, mengejek, dan mengancam Nabi Nuh AS dan pengikutnya. Mereka juga meremehkan peringatan Nabi Nuh AS tentang azab dan siksa Allah yang akan menimpa mereka jika mereka tidak bertaubat.

BACA JUGA  Dakwah Nabi Muhammad SAW: Misi Penyempurnaan Akhlak

Allah SWT kemudian memberi tahu Nabi Nuh AS bahwa tidak ada lagi yang akan beriman dari kaumnya selain yang sudah beriman. Allah SWT juga memerintahkan Nabi Nuh AS untuk membuat bahtera yang besar dan kuat, dan membawa pengikutnya serta sepasang dari setiap jenis binatang ke dalamnya. Allah SWT berfirman:

وَاصْنَعِ الْفُلْكَ بِأَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا وَلَا تُخَاطِبْنِي فِي الَّذِينَ ظَلَمُوا إِنَّهُمْ مُغْرَقُونَ

Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk Kami dan janganlah kamu berbicara kepada-Ku tentang orang-orang yang zalim itu; karena sesungguhnya mereka akan ditenggelamkan. (QS. Hud: 37)

Banjir Besar dan Kehancuran Kaum Nabi Nuh

Setelah bahtera selesai dibuat, Allah SWT menurunkan hujan yang sangat lebat dan memecahkan mata air bumi. Air meluap dan menenggelamkan semua yang ada di muka bumi, kecuali yang berada di dalam bahtera Nabi Nuh AS. Di antara yang tenggelam adalah istri dan anak Nabi Nuh AS yang tidak beriman, yaitu Kan’an. Nabi Nuh AS sempat memohon kepada Allah SWT agar menyelamatkan anaknya, namun Allah SWT menegurnya karena anaknya termasuk orang-orang yang zalim. Allah SWT berfirman:

وَنَادَىٰ نُوحٌ رَبَّهُ فَقَالَ رَبِّ إِنَّ ابْنِي مِنْ أَهْلِي وَإِنَّ وَعْدَكَ الْحَقُّ وَأَنْتَ أَحْكَمُ الْحَاكِمِينَ

قَالَ يَا نُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ فَلَا تَسْأَلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنِّي أَعِظُكَ أَنْ تَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ

Dan Nuh menyeru Tuhannya, lalu berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau adalah benar dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya". Allah berfirman: "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu; sesungguhnya (yang benar) dia adalah perbuatan yang tidak baik, maka janganlah kamu memohon kepada-Ku apa yang tidak kamu ketahui. Sesungguhnya Aku memberi pelajaran kepadamu agar kamu jangan termasuk orang-orang yang jahil". (QS. Hud: 45-46)

Setelah banjir reda, Allah SWT memerintahkan bumi untuk menelan airnya, dan langit untuk menahan hujannya. Allah SWT juga menetapkan gunung-gunung Judi sebagai tempat berlabuh bahtera Nabi Nuh AS. Allah SWT berfirman:

وَقِيلَ يَا أَرْضُ ابْلَعِي مَاءَكِ وَيَا سَمَاءُ أَقْلِعِي وَغِيضَ الْمَاءُ وَقُضِيَ الْأَمْرُ وَاسْتَوَتْ عَلَى الْجُودِيِّ وَقِيلَ بُعْدًا لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ

Dan dikatakan: "Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit hentikanlah (turunnya hujan)". Dan airpun surut, dan diselesaikanlah urusan itu. Dan bahtera itu berlabuh di (gunung) Judi, dan dikatakan: "Kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang zalim". (QS. Hud: 44)

Allah SWT kemudian memberkahi Nabi Nuh AS dan pengikutnya, dan menjadikan mereka sebagai bapak-bapak umat manusia sesudahnya. Allah SWT berfirman:

وَقَالَ ارْكَبُوا فِيهَا بِسْمِ اللَّهِ مَجْرَاهَا وَمُرْسَاهَا إِنَّ رَبِّي لَغَفُورٌ رَحِيمٌ

وَهِيَ تَجْرِي بِهِمْ فِي مَوْجٍ كَالْجِبَالِ وَنَادَىٰ نُوحٌ ابْنَهُ وَكَانَ فِي مَعْزِلٍ يَا بُنَيَّ ارْكَبْ مَعَنَ

Also Read

Bagikan:

Tags

Leave a Comment

Ads - Before Footer