Nabi Muhammad SAW adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan risalah Islam kepada seluruh umat manusia. Sebelum menjadi nabi, beliau sudah dikenal sebagai orang yang jujur, amanah, dan dapat dipercaya oleh masyarakat Mekkah. Karena itu, beliau mendapat gelar Al-Amin, yang berarti orang yang dapat dipercaya. Bagaimana kisah Nabi Muhammad SAW mendapatkan gelar Al-Amin?
Peristiwa Banjir Bandang di Mekkah
Menurut riwayat, gelar Al-Amin diberikan kepada Nabi Muhammad SAW ketika beliau berusia 35 tahun. Pada saat itu, terjadi banjir bandang yang melanda kota Mekkah dan merusak bangunan Ka’bah. Ka’bah adalah rumah Allah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Di dalam Ka’bah terdapat Hajar Aswad, sebuah batu hitam yang diyakini berasal dari surga.
Masyarakat Mekkah yang terdiri dari berbagai suku Quraisy, bersepakat untuk memperbaiki bangunan Ka’bah yang rusak. Mereka mengumpulkan sumbangan dari berbagai sumber dan membeli bahan-bahan bangunan. Mereka juga membagi tugas sesuai dengan kemampuan dan keahlian masing-masing.
Perselisihan tentang Hajar Aswad
Proses perbaikan Ka’bah berjalan lancar hingga tahap akhir, yaitu meletakkan kembali Hajar Aswad di tempatnya. Tiba-tiba, muncul perselisihan di antara suku-suku Quraisy tentang siapa yang berhak meletakkan batu suci itu. Setiap suku merasa lebih mulia dan lebih berhak daripada suku lain. Mereka saling bersitegang dan hampir terjadi peperangan.
Untuk menghindari pertumpahan darah, salah seorang tetua Mekkah, Abu Umayyah bin Mughirah, mengusulkan sebuah solusi. Ia berkata, "Orang pertama yang masuk ke Masjidil Haram besok pagi, dialah yang akan memutuskan perkara ini." Semua suku Quraisy menyetujui usulan itu dan menunggu hingga keesokan harinya.
Keputusan Nabi Muhammad SAW
Ketika matahari terbit, orang pertama yang masuk ke Masjidil Haram adalah Nabi Muhammad SAW. Belum ada yang tahu bahwa beliau adalah nabi dan rasul Allah. Namun, semua orang mengenal beliau sebagai orang yang jujur, amanah, dan dapat dipercaya. Mereka pun berseru, "Inilah Muhammad Al-Amin! Kami rela dengan keputusannya!"
Nabi Muhammad SAW mendengar perkara yang sedang diperselisihkan dan berpikir dengan bijak. Beliau mengambil sehelai kain dan meletakkan Hajar Aswad di atasnya. Kemudian, beliau meminta perwakilan dari setiap suku untuk memegang ujung kain tersebut dan mengangkatnya bersama-sama. Ketika Hajar Aswad sudah mencapai tempatnya, Nabi Muhammad SAW meletakkannya dengan tangannya sendiri.
Dengan cara ini, Nabi Muhammad SAW berhasil menyelesaikan perselisihan dengan adil dan damai. Tidak ada suku yang merasa dirugikan atau dihina. Semua orang merasa puas dan menghormati keputusan Nabi Muhammad SAW. Mereka pun semakin mengagumi beliau dan memberikan gelar Al-Amin sebagai tanda penghargaan.
Pelajaran dari Kisah Nabi Muhammad SAW
Kisah Nabi Muhammad SAW mendapatkan gelar Al-Amin ini mengajarkan kita beberapa pelajaran penting, antara lain:
- Kita harus selalu berlaku jujur, amanah, dan dapat dipercaya dalam segala hal. Dengan begitu, kita akan mendapat kepercayaan dan penghormatan dari orang lain.
- Kita harus berpikir dengan bijak dan mencari solusi yang adil dan damai dalam menyelesaikan masalah. Kita tidak boleh bersikap egois atau sombong, tetapi harus menghargai pendapat dan hak orang lain.
- Kita harus mengikuti teladan Nabi Muhammad SAW dalam segala hal. Beliau adalah suri tauladan yang terbaik bagi seluruh umat manusia. Beliau membawa risalah Islam yang sempurna dan menyelamatkan kita dari kesesatan.
Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan kita tentang kisah Nabi Muhammad SAW. Wallahu a’lam.