Nabi Ibrahim adalah salah satu nabi yang diutus oleh Allah untuk menyampaikan risalah tauhid, yaitu mengesakan Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Namun, kaumnya yang tinggal di kerajaan Babilonia tidak mau mendengarkan dakwahnya dan tetap menyembah berhala-berhala yang terbuat dari batu dan kayu.
Suatu hari, ketika kaumnya sedang pergi ke tempat perkumpulan mereka di hari raya, Nabi Ibrahim memanfaatkan kesempatan itu untuk mendatangi kuil tempat berhala-berhala itu berada. Dengan membawa kapak, ia menghancurkan semua patung-patung itu menjadi puing-puing, kecuali satu yang paling besar. Lalu ia menggantungkan kapaknya di leher patung besar itu .
Apa alasan Nabi Ibrahim melakukan hal ini? Apakah ia lupa atau sengaja tidak menghancurkan patung yang terbesar?
Ternyata, Nabi Ibrahim memiliki maksud yang sangat bijaksana di balik tindakannya itu. Ia ingin menunjukkan kepada kaumnya betapa lemah dan tidak berdayanya berhala-berhala yang mereka sembah. Ia ingin mereka kembali bertanya kepada patung besar itu tentang apa yang terjadi pada berhala-berhala yang lain. Tentu saja, patung besar itu tidak akan bisa menjawab apa-apa, karena ia hanyalah benda mati yang tidak bisa mendengar, melihat, atau berbicara.
Dengan demikian, Nabi Ibrahim berharap agar kaumnya menyadari kesalahan mereka dan mau berpikir secara logis dan rasional. Ia ingin mereka mengenal Allah yang Maha Esa, Maha Kuasa, dan Maha Penyayang, yang menciptakan alam semesta dan segala isinya, yang memberi hidayah dan petunjuk kepada manusia, dan yang berhak disembah tanpa sekutu.
Namun, rencana Nabi Ibrahim tidak berjalan mulus. Ketika kaumnya kembali ke kuil dan melihat keadaan berhala-berhala mereka, mereka menjadi marah dan bingung. Mereka menduga bahwa ada orang yang telah menghancurkan berhala-berhala mereka. Lalu mereka teringat bahwa Nabi Ibrahim pernah mengancam akan melakukan hal itu. Mereka pun segera mencari Nabi Ibrahim dan menanyainya.
Nabi Ibrahim, dengan penuh keberanian dan kecerdikan, menjawab, "Mengapa kamu tidak bertanya kepada patung yang besar itu? Mungkin ia yang melakukannya. Jika ia bisa berbicara, tentu ia akan memberitahu kamu."
Jawaban Nabi Ibrahim ini seharusnya membuat kaumnya berpikir dan menyelidiki lebih lanjut. Namun, sayangnya, mereka tidak mau menggunakan akal sehat mereka. Mereka malah menuduh Nabi Ibrahim berbohong dan menghina tuhan-tuhan mereka. Mereka pun memutuskan untuk menghukum Nabi Ibrahim dengan cara yang sangat kejam, yaitu membakarnya hidup-hidup .
Allah, yang Maha Melihat dan Maha Mendengar, tentu tidak membiarkan hamba-Nya yang saleh itu disiksa oleh orang-orang yang zalim. Allah pun menurunkan mukjizat yang luar biasa untuk menyelamatkan Nabi Ibrahim. Allah memerintahkan api yang menyala-nyala itu untuk menjadi dingin dan damai bagi Nabi Ibrahim. Dengan izin Allah, Nabi Ibrahim pun keluar dari api itu tanpa cacat sedikit pun .
Kesimpulan
Kisah Nabi Ibrahim dan patung yang tidak dihancurkannya ini mengandung banyak pelajaran dan hikmah bagi kita. Di antaranya adalah:
- Kita harus berani menyampaikan kebenaran, meskipun harus menghadapi tantangan dan cobaan yang berat. Nabi Ibrahim tidak takut menghadapi kaumnya yang menyembah berhala, bahkan ia berusaha membuka mata hati mereka dengan cara yang cerdas dan bijaksana.
- Kita harus menggunakan akal sehat dan logika dalam beragama, bukan mengikuti tradisi atau kebiasaan yang tidak memiliki dasar yang kuat. Nabi Ibrahim menunjukkan kepada kaumnya bahwa berhala-berhala yang mereka sembah tidak memiliki kekuatan atau kemampuan apa-apa, bahkan tidak bisa menjaga diri mereka sendiri.
- Kita harus bertawakkal dan berserah diri kepada Allah, yang Maha Kuasa dan Maha Penyayang. Nabi Ibrahim tidak putus asa atau menyerah ketika kaumnya ingin membakarnya, ia tetap beriman dan berdoa kepada Allah. Allah pun menolong dan melindungi Nabi Ibrahim dengan mukjizat yang menakjubkan.
Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan kita tentang kisah Nabi Ibrahim dan patung yang tidak dihancurkannya. Aamiin.