Ads - After Header

Kisah Nabi Ibrahim: Berdakwah di Babilonia dan Menghancurkan Berhala

Arsita Hemi Kusumastiwi

Nabi Ibrahim adalah salah satu nabi yang diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan ajaran tauhid, yaitu kepercayaan kepada satu Tuhan yang Maha Esa. Namun, dakwah Nabi Ibrahim tidaklah mudah, karena beliau harus menghadapi penduduk Babilonia yang menyembah berbagai macam berhala. Bagaimana kisah Nabi Ibrahim berdakwah di Babilonia dan menghancurkan berhala? Simak ulasan berikut ini.

Latar Belakang

Babilonia adalah sebuah kota yang terletak di wilayah Mesopotamia, yang sekarang menjadi bagian dari Irak. Kota ini merupakan pusat peradaban dan kekuasaan pada masanya. Penduduk Babilonia memiliki kebudayaan yang maju, namun sayangnya mereka juga terjerumus dalam kesyirikan, yaitu menyekutukan Allah dengan makhluk lain. Mereka membuat berbagai patung dari kayu, batu, atau logam, dan menyembahnya sebagai tuhan. Mereka juga percaya pada astrologi, yaitu ilmu perbintangan, dan menganggap bintang-bintang sebagai dewa.

Nabi Ibrahim dilahirkan di kota Babilonia, dari keluarga yang juga menyembah berhala. Ayahnya, Azar, adalah seorang pembuat berhala yang terkenal. Namun, sejak kecil Nabi Ibrahim sudah memiliki kecerdasan dan keingintahuan yang tinggi tentang penciptaan alam semesta. Beliau tidak puas dengan jawaban-jawaban yang diberikan oleh ayah dan kaumnya tentang tuhan. Beliau merasa bahwa berhala-berhala itu tidak pantas disembah, karena tidak memiliki kekuatan, kehidupan, atau kemauan. Beliau juga merasa bahwa bintang-bintang tidak bisa menjadi tuhan, karena berubah-ubah dan terbenam.

Allah SWT memberikan hidayah kepada Nabi Ibrahim, dan menunjukkan kepadanya jalan yang benar. Allah SWT berfirman:

Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim kerajaan langit dan bumi, agar ia termasuk orang-orang yang meyakini dengan ilmu. (QS. Al-An’am: 75)

Nabi Ibrahim pun menyadari bahwa hanya Allah SWT yang layak disembah, karena Dialah yang menciptakan dan menguasai segala sesuatu. Beliau pun beriman kepada Allah SWT, dan menolak menyembah berhala-berhala yang disembah oleh ayah dan kaumnya. Beliau pun memutuskan untuk berdakwah kepada mereka, agar mereka juga menyembah Allah SWT semata.

BACA JUGA  Siapa yang Memberi Gelar Al-Amin kepada Nabi Muhammad?

Perdebatan dan Perlawanan

Nabi Ibrahim as menyampaikan dakwahnya kepada penduduk Babilonia dengan cara yang bijak dan cerdik. Beliau banyak melakukan perdebatan dan menjelaskan kebatilan berhala-berhala yang dianggap sebagai tuhan itu. Beliau juga memberikan bukti-bukti rasional dan logis tentang keesaan Allah SWT, dan mengajak mereka untuk menggunakan akal sehat mereka. Namun, penduduk Babilonia tidak mau mendengarkan dan mengikuti Nabi Ibrahim. Mereka tetap bersikeras menyembah berhala-berhala itu, karena mengikuti tradisi nenek moyang mereka. Mereka juga menganggap Nabi Ibrahim sebagai orang yang sesat dan gila.

Nabi Ibrahim pun tidak putus asa, dan terus berusaha menyadarkan mereka. Beliau pun merendahkan berhala-berhala tersebut, dan menunjukkan ketidakberdayaan mereka. Suatu hari, ketika penduduk Babilonia pergi untuk mengadakan pesta, Nabi Ibrahim memasuki rumah yang digunakan untuk menyembah berhala. Beliau membawa kapak, dan menghancurkan semua berhala yang ada di sana, kecuali yang terbesar. Beliau pun menaruh kapak itu di leher berhala yang terbesar, sebagai bukti bahwa dialah yang melakukannya.

Ketika penduduk Babilonia kembali, mereka terkejut melihat keadaan berhala-berhala mereka yang hancur. Mereka pun bertanya-tanya siapa yang berani melakukan hal itu. Mereka pun menduga bahwa Nabi Ibrahim adalah pelakunya, karena beliau memang dikenal sebagai orang yang menentang berhala-berhala itu. Mereka pun menangkap Nabi Ibrahim, dan menanyainya.

Mereka berkata, "Apakah kamu yang telah melakukan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?" (QS. Al-Anbiya: 62)

Nabi Ibrahim pun menjawab dengan cerdik, dan menantang mereka untuk menggunakan akal mereka.

Ibrahim berkata, "Sebenarnya (yang) telah melakukannya ialah (berhala) yang besar ini, maka tanyakanlah kepada mereka, jika mereka dapat berbicara". (QS. Al-Anbiya: 63)

Penduduk Babilonia pun terdiam sejenak, dan menyadari bahwa berhala-berhala itu memang tidak bisa berbicara, apalagi menghancurkan berhala lainnya. Namun, mereka tidak mau mengakui kesalahan mereka, dan malah marah kepada Nabi Ibrahim. Mereka pun memutuskan untuk menghukum Nabi Ibrahim dengan cara yang kejam, yaitu membakarnya hidup-hidup.

BACA JUGA  Perjalanan Dakwah Nabi Muhammad di Mekah: 13 Tahun Membangun Fondasi Iman

Mereka pun membuat api yang besar, dan melemparkan Nabi Ibrahim ke dalamnya. Namun, Allah SWT melindungi Nabi Ibrahim, dan menjadikan api itu dingin dan selamat baginya. Allah SWT berfirman:

Kami berfirman, "Hai api, dinginlah dan jadilah keselamatan bagi Ibrahim". (QS. Al-Anbiya: 69)

Nabi Ibrahim pun selamat dari api yang membakar, dan keluar tanpa cacat sedikit pun. Ini adalah mukjizat yang Allah SWT berikan kepada Nabi Ibrahim, sebagai bukti kebenaran dakwahnya. Namun, penduduk Babilonia tetap tidak mau beriman, dan malah mengusir Nabi Ibrahim dari kota mereka.

Tabel Perbandingan

Berikut adalah tabel perbandingan yang sangat singkat antara ajaran Nabi Ibrahim dan penduduk Babilonia:

Ajaran Nabi Ibrahim Penduduk Babilonia
Menyembah Allah SWT semata, yang Maha Esa, Maha Pencipta, dan Maha Pengatur segala sesuatu Menyembah berbagai berhala yang dibuat dari kayu, batu, atau logam, yang tidak memiliki kekuatan, kehidupan, atau kemauan
Menggunakan akal sehat, logika, dan ilmu untuk mengetahui kebenaran tentang Allah SWT dan alam semesta Mengikuti tradisi nenek moyang, tanpa mempertanyakan atau meneliti kebenaran tentang berhala-berhala dan astrologi
Berdakwah dengan cara yang bijak, cerdik, dan sabar, meskipun menghadapi tantangan dan cobaan Menolak dakwah Nabi Ibrahim, dan bersikap keras kepala, sombong, dan bengis

Kesimpulan

Dari kisah Nabi Ibrahim berdakwah di Babilonia dan menghancurkan berhala, kita dapat mengambil beberapa pelajaran penting, antara lain:

  • Kita harus beriman kepada Allah SWT semata, dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Kita harus menyadari bahwa hanya Allah SWT yang layak disembah, karena Dialah yang menciptakan dan menguasai segala sesuatu.
  • Kita harus menggunakan akal sehat, logika, dan ilmu untuk mengetahui kebenaran tentang Allah SWT dan alam semesta. Kita tidak boleh mengikuti tradisi atau kebiasaan yang bertentangan dengan ajaran Allah SWT, tan

Also Read

Bagikan:

Tags

Leave a Comment

Ads - Before Footer