Ads - After Header

Keterlambatan Pengobatan dan Risiko Komplikasi Demam Berdarah Dengue

Arsita Hemi Kusumastiwi

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. DBD merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia dan negara-negara tropis lainnya. Menurut data Kementerian Kesehatan RI, pada tahun 2020 terdapat 96.053 kasus DBD dengan angka kematian 0,77%.

Salah satu faktor yang mempengaruhi angka kematian dan komplikasi DBD adalah keterlambatan pengobatan. Keterlambatan pengobatan adalah waktu yang terlalu lama antara timbulnya gejala dan kunjungan pertama ke fasilitas kesehatan. Keterlambatan pengobatan dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti kurangnya pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat terkait DBD, ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas kesehatan, serta kualitas pelayanan kesehatan .

Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan risiko komplikasi DBD, seperti perdarahan, syok, gagal ginjal, ensefalitis, dan kematian. Hal ini karena virus dengue dapat merusak pembuluh darah, trombosit, dan organ-organ vital lainnya. Selain itu, keterlambatan pengobatan juga dapat memperpanjang lama rawat inap, meningkatkan biaya pengobatan, dan menurunkan kualitas hidup pasien .

Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan antara keterlambatan pengobatan dan luaran klinik DBD. Berikut adalah tabel perbandingan yang sangat singkat dari beberapa penelitian tersebut:

Penelitian Lokasi Definisi Keterlambatan Pengobatan Luaran Klinik yang Dihubungkan
Yogyakarta > 3 hari Perdarahan, syok, kematian
Pacitan > 2 hari Perdarahan, syok
Sikka > 2 hari Lama rawat inap, biaya pengobatan
Bakunase > 2 hari Perdarahan, syok, kematian

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa keterlambatan pengobatan lebih dari 2 atau 3 hari dapat meningkatkan risiko komplikasi DBD. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk segera mencari pelayanan kesehatan jika mengalami gejala DBD, seperti demam tinggi, nyeri kepala, nyeri otot, nyeri sendi, muntah, ruam, dan perdarahan. Selain itu, perlu juga adanya upaya pencegahan dan pengendalian DBD, seperti pemberantasan sarang nyamuk, penggunaan kelambu, pakaian panjang, dan repellent, serta peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat dan petugas kesehatan.

BACA JUGA  Durasi Pengobatan Tuberkulosis Paru Medium

Kesimpulan

DBD adalah penyakit menular yang berpotensi menyebabkan komplikasi dan kematian. Keterlambatan pengobatan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi luaran klinik DBD. Keterlambatan pengobatan dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti kurangnya pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat terkait DBD, ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas kesehatan, serta kualitas pelayanan kesehatan. Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan risiko komplikasi DBD, seperti perdarahan, syok, gagal ginjal, ensefalitis, dan kematian. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk segera mencari pelayanan kesehatan jika mengalami gejala DBD, serta melakukan upaya pencegahan dan pengendalian DBD.

Saya harap artikel ini bermanfaat dan sesuai dengan permintaan Anda. Jika Anda memiliki pertanyaan atau masukan, silakan beritahu saya. Terima kasih. ๐Ÿ˜Š

Also Read

Bagikan:

Tags

Leave a Comment

Ads - Before Footer