Hijrah adalah peristiwa penting dalam sejarah Islam yang menandai perpindahan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya dari Mekah ke Madinah pada tahun 622 Masehi. Hijrah dilakukan karena adanya ancaman dan kekerasan dari musuh-musuh Islam di Mekah, kaum kafir Quraisy. Hijrah juga merupakan perintah dari Allah SWT yang bertujuan untuk berdakwah dan memperkuat ajaran Islam, melindungi kaum muslimin dari siksaan kafir Quraisy, dan mencari tempat hidup yang lebih baik.
Sebab Hijrah
Ada beberapa sebab yang mendorong Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya untuk melakukan hijrah, di antaranya adalah:
- Perintah Allah SWT. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT dalam surat Al-Anfal ayat 30:
وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ ۚ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ ۖ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir memikirkan tipu daya terhadapmu untuk menangkapmu, atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya, dan Allah memikirkan tipu daya (pula). Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.
- Berdakwah dan memperkuat ajaran Islam. Nabi Muhammad SAW ingin menyebarkan agama Islam secara luas dan mendapatkan dukungan dari masyarakat Madinah yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj. Mereka telah bersyahadat dan bersedia menjadi penolong (anshar) bagi Nabi Muhammad SAW dan para muhajirin (orang-orang yang hijrah).
- Melindungi kaum muslimin dari siksaan kafir Quraisy. Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya mengalami penganiayaan dan penyiksaan dari orang-orang Mekah yang tidak setuju dengan ajaran Islam. Mereka tidak mendapatkan perlindungan dari sanak famili mereka, terutama setelah wafatnya Abu Thalib, paman Nabi Muhammad SAW yang selama ini menjadi pelindungnya.
- Mencari tempat hidup yang lebih baik. Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya ingin mencari tempat yang lebih aman, damai, dan sejahtera untuk menjalankan ibadah dan kehidupan mereka. Mereka juga ingin membangun masyarakat Islam yang berdasarkan persaudaraan, keadilan, dan kesejahteraan.
Proses Hijrah
Proses hijrah dilakukan dengan diam-diam, secara sendiri-sendiri atau kelompok kecil. Lambat laun, tinggal Rasulullah dan Abu Bakar yang masih berada di Mekah. Kemudian keduanya memulai perjalanan ke Madinah dengan perencanaan yang matang agar terhindar dari kaum Quraisy.
Namun, perjalanan Rasulullah tidaklah mudah karena adanya hadangan dari kaum Quraisy yang berupaya membunuh Rasul. Bahkan, setiap kabilah mengajukan pemuda tangkas bersenjata untuk membunuh Rasul. Sore hari sebelum penyergapan, Rasul menerima petunjuk dari Malaikat Jibril. Kemudian Rasul menemui Abu Bakar dan menyusun rencana keberangkatan. Ali bin Abi Thalib bertugas tinggal di Mekah untuk mendiami rumah Rasulullah. Saat fajar tiba, mereka baru menyadari bahwa orang yang berbaring di kamar Rasul adalah Ali bin Abi Thalib. Sementara itu, Rasul dan Abu Bakar sudah keluar dari Mekah pada malam penyergapan.
Perjalanan Rasul ke Madinah melewati rute dan waktu yang tidak seperti umumnya perjalanan. Mereka tidak langsung bergegas ke Yatsrib, tetapi arah selatan menuju gua di Gunung Tsur. Rasul dan Abu Bakar berada di dalam gua selama tiga hari. Abdullah dan Asma’ (putra dan putri Abu Bakar) membantu memberikan informasi dan membawakan keperluan serta makanan untuk Rasul dan Abu Bakar.
Setelah tiga hari, Rasul dan Abu Bakar melanjutkan perjalanan ke Madinah dengan mengendarai unta yang disewa dari seorang pemandu bernama Abdullah bin Uraiqith. Mereka melewati jalan yang jarang dilalui orang dan berhenti di beberapa tempat, seperti Quba, Kuba, dan Qarnul Manazil. Di Quba, Rasul membangun masjid pertama dalam Islam, yaitu Masjid Quba. Di sana, Rasul juga bertemu dengan sahabat-sahabatnya yang telah hijrah lebih dulu.
Setelah empat hari di Quba, Rasul melanjutkan perjalanan ke Madinah. Di tengah jalan, Rasul disambut oleh penduduk Madinah dengan penuh sukacita dan kegembiraan. Mereka menyanyikan syair-syair pujian dan mengibarkan bendera-bendera. Rasul pun memasuki kota Madinah dengan penuh kehormatan dan kasih sayang. Rasul kemudian memilih tempat tinggalnya di rumah Abu Ayyub al-Anshari. Di sana, Rasul juga membangun masjid kedua dalam Islam, yaitu Masjid Nabawi.
Hikmah Hijrah
Ada banyak hikmah yang telah Allah tetapkan dalam proses hijrah ke Madinah, di antaranya adalah:
- Menunjukkan keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT. Hijrah merupakan bentuk pengorbanan dan kesabaran yang luar biasa dari Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Mereka rela meninggalkan tanah air, harta benda, keluarga, dan kenangan mereka demi mengikuti perintah Allah SWT. Mereka juga menunjukkan kepercayaan dan ketawakalan kepada Allah SWT dalam menghadapi segala rintangan dan bahaya.
- Membuka babak baru dalam sejarah Islam. Hijrah menjadi titik balik dalam perjuangan penyebaran agama Islam. Di Madinah, Nabi Muhammad SAW mendapatkan dukungan dan perlindungan dari masyarakat Madinah. Nabi Muhammad SAW juga berhasil membangun masyarakat Islam yang berdasarkan persaudaraan, keadilan, dan kesejahteraan. Nabi Muhammad SAW juga menetapkan hukum-hukum Islam, mengatur hubungan dengan kaum Yahudi dan musyrikin, serta mempersiapkan peperangan melawan kaum Quraisy.
- Menjadi contoh dan teladan bagi umat Islam. Hijrah mengajarkan umat Islam untuk selalu berusaha dan berdoa dalam mencari tempat yang lebih baik untuk menjalankan agama dan kehidupan mereka. Hijrah juga mengajarkan umat Islam untuk bersatu, saling tolong-menolong, dan berkorban demi kepentingan umat. Hijrah juga mengajarkan umat Islam untuk berani menghadapi tantangan dan musuh-musuh Islam dengan penuh keberanian dan kepercayaan diri.
Kesimpulan
Hijrah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya dari Mekah ke Madinah adalah peristiwa penting dalam sejarah Islam yang memiliki banyak sebab, proses, dan hikmah. Hijrah dilakukan karena adanya ancaman dan kekerasan dari musuh-musuh Islam di Mekah, kaum kafir Quraisy. Hijrah juga merupakan perintah dari Allah SWT yang bertujuan untuk berdakwah dan memperkuat ajaran Islam, melindungi kaum muslimin dari siksaan kafir Quraisy, dan mencari tempat hidup yang lebih baik. Hijrah menunjukkan keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT, membuka babak baru dalam sejarah Islam, dan menjadi contoh dan teladan bagi umat Islam.