Ads - After Header

Hijrah Nabi Muhammad: Latar Belakang, Perjalanan, dan Dampaknya

Dwi Cahyo Ferdiansyah

Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam. Hijrah ini tidak hanya berarti perpindahan tempat, tetapi juga perubahan paradigma, strategi, dan tatanan sosial-politik bagi kaum muslimin. Dalam artikel ini, kita akan membahas mengapa terjadinya hijrah Nabi Muhammad, bagaimana proses perjalanan hijrahnya, dan apa saja dampaknya bagi perkembangan Islam.

Latar Belakang Hijrah Nabi Muhammad

Nabi Muhammad SAW mulai menyampaikan risalah Islam di Mekkah sejak tahun 610 Masehi. Namun, dakwah beliau mendapat tentangan keras dari kaum kafir Quraisy, yang merasa terancam dengan ajaran Islam yang menyeru kepada tauhid, keadilan, dan persaudaraan. Kaum muslimin mengalami berbagai macam penyiksaan, pengusiran, dan pemboikotan dari kaum Quraisy. Nabi Muhammad SAW sendiri kehilangan istri tercinta, Khadijah, dan paman sekaligus pelindungnya, Abu Thalib, pada tahun 619 Masehi. Tahun ini dikenal sebagai tahun kesedihan (amul huzn).

Nabi Muhammad SAW kemudian mencari tempat yang lebih aman dan kondusif untuk berdakwah. Beliau mendapat kesempatan untuk menyebarkan Islam di Yatsrib, sebuah kota yang berjarak sekitar 450 km dari Mekkah. Di kota ini, ada dua suku besar yang bermusuhan, yaitu Aus dan Khazraj. Mereka baru saja mengalami perang sipil yang menghabiskan banyak nyawa dan harta. Mereka membutuhkan seorang pemimpin yang bisa menyatukan mereka dan membawa kedamaian.

Pada tahun 620 Masehi, enam orang dari suku Khazraj datang ke Mekkah untuk berziarah. Mereka bertemu dengan Nabi Muhammad SAW di ‘Aqabah dan mendengar ajaran Islam dari beliau. Mereka langsung menerima Islam dan berjanji untuk menyampaikannya kepada kaum mereka di Yatsrib. Tahun berikutnya, ada dua belas orang yang datang lagi ke ‘Aqabah dan berbaiat kepada Nabi Muhammad SAW. Ini disebut sebagai baiat ‘Aqabah pertama. Nabi Muhammad SAW kemudian mengutus Mus’ab bin Umair untuk mengajarkan Islam kepada orang-orang Yatsrib.

Mus’ab bin Umair berhasil mengislamkan banyak orang dari suku Aus dan Khazraj. Pada tahun 622 Masehi, ada tujuh puluh tiga laki-laki dan dua perempuan yang datang ke ‘Aqabah untuk berbaiat kepada Nabi Muhammad SAW. Ini disebut sebagai baiat ‘Aqabah kedua. Mereka meminta Nabi Muhammad SAW untuk hijrah ke Yatsrib dan menjanjikan perlindungan dan kesetiaan kepada beliau. Nabi Muhammad SAW pun mengizinkan kaum muslimin untuk hijrah ke Yatsrib secara berangsur-angsur.

BACA JUGA  Durasi Wahyu kepada Nabi: Sebuah Tinjauan Mendalam

Kaum Quraisy mengetahui rencana hijrah Nabi Muhammad SAW dan berusaha untuk menggagalkannya. Mereka merencanakan untuk membunuh Nabi Muhammad SAW dengan mengutus seorang pemuda dari setiap kabilah. Mereka berharap dengan cara ini, Bani Hasyim tidak akan bisa membalas dendam kepada semua kabilah. Namun, Allah SWT melindungi Nabi Muhammad SAW dan memberitahukan beliau tentang rencana jahat kaum Quraisy.

Proses Perjalanan Hijrah Nabi Muhammad

Nabi Muhammad SAW memilih Abu Bakar ash-Shiddiq sebagai teman hijrahnya. Beliau memerintahkan Ali bin Abi Thalib untuk tidur di tempat tidurnya dan mengembalikan barang-barang titipan yang ada di rumahnya kepada pemiliknya. Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar ash-Shiddiq keluar dari rumah pada malam hari dan bersembunyi di Gua Tsur, yang berjarak sekitar 5 km dari Mekkah. Mereka bertahan di gua selama tiga hari, sambil menunggu keadaan aman.

Kaum Quraisy mencari-cari Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar ash-Shiddiq di seluruh penjuru Mekkah. Mereka bahkan sampai ke depan pintu gua Tsur, tetapi tidak melihat mereka. Allah SWT menurunkan laba-laba yang membuat sarang di pintu gua dan burung yang bertelur di atasnya. Ini menjadi tanda bahwa tidak ada orang yang masuk ke gua tersebut. Kaum Quraisy pun pergi dengan kecewa.

Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar ash-Shiddiq kemudian melanjutkan perjalanan hijrahnya dengan mengambil rute yang memutar untuk menghindari pengejaran kaum Quraisy. Mereka dibantu oleh Abdullah bin Uraiqit, seorang pandu yang non-muslim, dan Amir bin Fuhairah, seorang budak Abu Bakar yang mengurus unta. Mereka juga mendapat bantuan dari Asma binti Abu Bakar, yang membawa makanan, dan Abdullah bin Abu Bakar, yang memberikan informasi.

Perjalanan hijrah Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar ash-Shiddiq berlangsung selama sekitar dua belas hari. Mereka melewati beberapa tempat, seperti Quba, Kubaah, dan Qarnul Manazil. Mereka tiba di Yatsrib pada tanggal 12 Rabiul Awwal tahun pertama Hijriah, yang bertepatan dengan 24 September 622 Masehi. Mereka disambut dengan suka cita oleh penduduk Yatsrib, yang kemudian disebut sebagai Madinah (kota Nabi).

BACA JUGA  Memahami Signifikansi Awal Bulan Dzulhijjah

Dampak Hijrah Nabi Muhammad

Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah membawa dampak yang besar bagi perkembangan Islam. Di Madinah, Nabi Muhammad SAW tidak hanya menjadi seorang nabi dan rasul, tetapi juga seorang pemimpin dan negarawan. Beliau membangun masjid sebagai pusat ibadah, pendidikan, dan pemerintahan. Beliau juga menyusun piagam Madinah sebagai konstitusi pertama dalam sejarah, yang mengatur hubungan antara kaum muslimin, Yahudi, dan non-muslim lainnya.

Di Madinah, Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan berbagai hukum dan aturan yang berkaitan dengan ibadah, muamalah, akhlak, dan jihad. Beliau juga menghadapi berbagai tantangan dan konflik, baik dari dalam maupun dari luar. Beliau menghadapi serangan-serangan dari kaum Quraisy, Yahudi, dan musuh-musuh lainnya. Beliau juga mengatasi perpecahan dan fitnah yang timbul di kalangan kaum muslimin.

Di Madinah, Nabi Muhammad SAW juga melahirkan generasi-generasi terbaik dari umat Islam, yaitu para sahabat, tabiin, dan tabiut tabiin. Mereka adalah orang-orang yang beriman, berilmu, beramal, dan berjihad di jalan Allah. Mereka adalah orang-orang yang menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia dengan kebaikan, keadilan, dan kebijaksanaan.

Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah adalah contoh nyata dari sabda beliau:

Hijrah tidak akan terputus selama ada musuh yang diperangi. (HR. Abu Dawud)

Hijrah bukan hanya sekadar perpindahan tempat, tetapi juga perubahan sikap, perilaku, dan pandangan hidup. Hijrah adalah proses meninggalkan yang buruk dan menuju yang baik. Hijrah adalah komitmen untuk berjuang di jalan Allah dengan segala kemampuan dan kesempatan. Hijrah adalah spirit yang harus terus hidup dalam diri setiap muslim.

Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan kita tentang hijrah Nabi Muhammad SAW. Mari kita teladani hijrah beliau dan berusaha untuk selalu berhijrah ke arah yang lebih baik. Aamiin.

Also Read

Bagikan:

Tags

Leave a Comment

Ads - Before Footer