Gerakan kepanduan di Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan berakar dalam perjuangan kemerdekaan bangsa. Salah satu momen penting dalam sejarah kepanduan adalah ketika Kyai Haji Agus Salim mencetuskan nama ‘kepanduan’ sebagai pengganti dari istilah Belanda ‘padvinders’. Peristiwa bersejarah ini terjadi di Banjarnegara, Jawa Tengah.
Latar Belakang
Pada awal abad ke-20, gerakan kepanduan mulai berkembang di Indonesia sebagai bagian dari organisasi kepanduan Belanda, Nederlandsche Padvinders Organisatie (NPO). Namun, gerakan ini hanya terbuka untuk murid-murid sekolah Eropa. Melihat perlunya gerakan kepanduan yang inklusif dan nasionalis, para pemimpin pergerakan nasional Indonesia mulai membentuk organisasi kepanduan sendiri.
Kongres Kepanduan Sarekat Islam
Pada tanggal 2-5 Februari 1928, Sarekat Islam mengadakan kongres kepanduan pertama di Banjarnegara. Dalam kongres ini, Kyai Haji Agus Salim mengusulkan penggantian istilah ‘padvinders’ menjadi ‘pandu’ dan ‘padvinderij’ menjadi ‘kepanduan’. Usulan ini disambut baik dan disetujui oleh peserta kongres.
Pengaruh dan Perkembangan
Usulan Kyai Haji Agus Salim tidak hanya mengubah terminologi tetapi juga menandai awal dari gerakan kepanduan yang lebih nasionalis dan mandiri di Indonesia. Istilah ‘pandu’ dan ‘kepanduan’ kemudian digunakan secara nasional dan menjadi cikal bakal dari Gerakan Pramuka yang kita kenal saat ini.
Kesimpulan
Banjarnegara, Jawa Tengah, adalah kota di mana Kyai Haji Agus Salim mencetuskan nama kepanduan yang menjadi tonggak sejarah penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Gerakan kepanduan yang lahir dari kongres ini telah berkembang menjadi Gerakan Pramuka yang memainkan peran penting dalam pembinaan karakter dan keterampilan pemuda Indonesia.