Ads - After Header

Bagaimana Tanggapan Nabi Muhammad terhadap Tawaran Utbah bin Rabi’ah?

Arsita Hemi Kusumastiwi

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah yang diutus untuk menyampaikan risalah Islam kepada seluruh umat manusia. Dalam perjalanan dakwahnya, beliau menghadapi berbagai tantangan dan rintangan dari kaum kafir Quraisy yang menolak dan memusuhi ajaran Islam. Salah satu peristiwa yang menarik untuk dikaji adalah dialog antara Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan Utbah bin Rabi’ah, salah seorang pemuka Quraisy yang mencoba untuk membujuk beliau agar meninggalkan dakwahnya dengan menawarkan beberapa hal yang menggiurkan.

Latar Belakang

Peristiwa ini terjadi pada tahun ke-10 kenabian, ketika dakwah Islam semakin berkembang dan mendapat dukungan dari beberapa tokoh Quraisy yang masuk Islam, seperti Umar bin Khattab dan Hamzah bin Abdul Muthalib. Kaum kafir Quraisy merasa terancam dan resah dengan perkembangan ini. Mereka berusaha untuk menghentikan dakwah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan berbagai cara, seperti menghina, mencela, mengancam, mengejek, menuduh, memboikot, dan menyiksa. Namun, semua usaha mereka tidak membuahkan hasil. Bahkan, semakin banyak orang yang tertarik dan masuk Islam.

Karena merasa gagal dengan cara-cara kekerasan, kaum kafir Quraisy mencoba untuk mengubah strategi mereka. Mereka mengadakan rapat untuk merumuskan cara baru untuk menghadapi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam rapat itu, Utbah bin Rabi’ah, seorang pemuka Quraisy yang dikenal sebagai orang yang bijaksana, cerdas, dan ramah, mengusulkan untuk menggunakan cara yang lembut dan diplomatis. Ia menawarkan diri untuk menemui Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menawarkan beberapa hal yang menarik kepadanya, dengan harapan beliau mau menghentikan dakwahnya. Para pemuka Quraisy menyetujui usulan Utbah bin Rabi’ah dan memberinya mandat untuk melaksanakannya.

Tawaran Utbah bin Rabi’ah

Utbah bin Rabi’ah kemudian menemui Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sedang berada di dalam kawasan Ka’bah. Ia mendekat dan duduk di samping beliau. Ia menyapa beliau dengan kata-kata yang lembut dan penuh hormat. Ia mengatakan bahwa beliau adalah orang terhormat dan terpandang di kalangan Quraisy, namun beliau telah membawa urusan besar yang membuat masyarakat mereka terpecah-belah. Ia kemudian menawarkan empat hal kepada beliau, dengan syarat beliau mau menghentikan dakwahnya. Keempat hal itu adalah:

  • Harta. Jika Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menginginkan harta, maka Utbah dan para tokoh Quraisy akan memberikan semua harta mereka sehingga beliau menjadi orang terkaya di Makkah.
  • Kedudukan. Jika Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menginginkan kedudukan, maka Utbah dan para tokoh Quraisy akan menjadikan beliau sebagai pemimpin mereka, sehingga mereka tidak akan mengambil keputusan tanpa persetujuan beliau.
  • Kekuasaan. Jika Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menginginkan kekuasaan, maka Utbah dan para tokoh Quraisy akan mengangkat beliau sebagai raja mereka, sehingga beliau memiliki otoritas tertinggi di Makkah.
  • Pengobatan. Jika Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mengalami penyakit yang tidak bisa disembuhkan sendiri, maka Utbah dan para tokoh Quraisy akan membayar pengobatannya dengan harta mereka sampai beliau sembuh.
BACA JUGA  Para Nabi Penerima Suhuf: Warisan Wahyu Ilahi

Tanggapan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengarkan tawaran Utbah bin Rabi’ah dengan sabar dan tenang. Beliau tidak tergoda atau terpengaruh oleh tawaran-tawaran yang menggiurkan itu. Beliau hanya menjalankan perintah Allah dan menyampaikan risalah Islam yang benar. Setelah Utbah bin Rabi’ah selesai bicara, beliau bertanya kepadanya, "Apakah engkau sudah selesai bicara, wahai Abul-Walid?". "Ya," jawab Utbah. "Sekarang, dengarkanlah ucapanku," ujar Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian membaca ayat-ayat Al-Qur’an Surat Fushilat mulai dari ayat pertama sampai ayat ke-37. Ayat-ayat itu menjelaskan tentang keesaan Allah, kebenaran Islam, kekeliruan kaum kafir, siksaan bagi orang-orang yang mendustakan, dan balasan bagi orang-orang yang beriman. Suara Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu merdu dan menggetarkan hati. Utbah bin Rabi’ah terpesona dan terdiam mendengarkan bacaan beliau. Ia merasakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia merasa takut dan kagum dengan firman-firman Allah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Setelah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai membaca, beliau menutup ucapannya dengan mengucapkan, "Inilah jawabanku atas tawaranmu, wahai Abul-Walid. Sekarang terserah padamu untuk memilih antara dua jalan, jalan yang benar atau jalan yang sesat." Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian bangkit dan meninggalkan Utbah bin Rabi’ah.

Kesimpulan

Dari peristiwa ini, kita dapat mengambil beberapa pelajaran, antara lain:

  • Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah yang teguh dan istiqamah dalam menyampaikan dakwah Islam. Beliau tidak tergoda oleh harta, kedudukan, kekuasaan, atau pengobatan yang ditawarkan oleh kaum kafir Quraisy. Beliau hanya mengharapkan ridha Allah dan keselamatan umat manusia.
  • Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah yang bijaksana dan cerdas dalam berdialog dengan lawan-lawannya. Beliau tidak terpancing oleh kata-kata manis atau provokatif yang diucapkan oleh Utbah bin Rabi’ah. Beliau hanya menjawab dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang merupakan kalam Allah yang paling benar dan paling kuat.
  • Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah yang berakhlak mulia dan berwibawa. Beliau menyapa Utbah bin Rabi’ah dengan sopan dan hormat, meskipun ia adalah musuh yang memusuhi Islam. Beliau juga membaca Al-Qur’an dengan suara yang merdu dan menggetarkan hati, sehingga Utbah bin Rabi’ah terpesona dan terdiam.
  • Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah yang berani dan tegas dalam menyampaikan kebenaran. Beliau tidak takut atau ragu untuk menghadapi tantangan dan rintangan dari kaum kafir Quraisy. Beliau hanya mengandalkan Allah dan berserah diri kepada-Nya.
BACA JUGA  Berapa Istri Nabi Ibrahim?

Also Read

Bagikan:

Tags

Leave a Comment

Ads - Before Footer