Ads - After Header

Apa Pelajaran yang Remaja Indonesia Belum Mengerti?

Arsita Hemi Kusumastiwi

Remaja Indonesia merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan mampu menghadapi tantangan masa depan. Namun, apakah mereka sudah mendapatkan pendidikan yang memadai untuk mempersiapkan diri? Sayangnya, berbagai penelitian dan survei menunjukkan bahwa masih banyak pelajaran yang remaja Indonesia belum mengerti, baik di bidang akademik maupun non-akademik. Artikel ini akan membahas beberapa pelajaran penting yang perlu dipahami oleh remaja Indonesia, serta apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan mereka.

Pembelajaran Tuntas

Salah satu pelajaran yang remaja Indonesia belum mengerti adalah konsep pembelajaran tuntas. Pembelajaran tuntas adalah proses belajar mengajar yang mengisyaratkan murid menguasai secara baik seluruh standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) setiap mata pelajaran. SK adalah pernyataan tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan penguasaan yang diharapkan dicapai murid dalam mempelajari mata pelajaran tertentu. KD merupakan penjabaran dari standar kompetensi berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap minimal yang harus dicapai murid sebagai gambaran nyata penguasaannya atas standar kompetensi.

Pembelajaran tuntas penting untuk memastikan bahwa murid tidak hanya naik kelas, tapi juga belajar dengan baik. Namun, kenyataannya, banyak murid yang tidak mampu menjawab soal-soal yang seharusnya sudah mereka kuasai di jenjang kelas yang lebih rendah. Misalnya, hanya dua pertiga anak di jenjang kelas 3 yang mampu menjawab pertanyaan pengurangan “49-23” secara tepat. Padahal, ini setara dengan kemampuan berhitung untuk anak di jenjang kelas 1. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran tuntas belum berjalan dengan efektif di Indonesia.

Untuk mewujudkan pembelajaran tuntas, guru perlu mengevaluasi secara teratur atas setiap KD yang diajarkan, menggunakan berbagai metode penilaian, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan memberikan bimbingan dan remedial bagi murid yang belum tuntas. Selain itu, guru juga perlu mengembangkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan murid, serta menggunakan sumber belajar yang bervariasi dan menarik.

BACA JUGA  Mengatasi Masalah Perilaku Seks Remaja: Langkah Strategis Pemerintah

Kesehatan Reproduksi dan Seksual

Pelajaran lain yang remaja Indonesia belum mengerti adalah kesehatan reproduksi dan seksual. Kesehatan reproduksi dan seksual adalah kondisi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi dan seksual. Kesehatan reproduksi dan seksual penting untuk dipahami oleh remaja karena berkaitan dengan hak asasi manusia, kesehatan, kesetaraan gender, dan kualitas hidup.

Namun, edukasi tentang kesehatan reproduksi dan seksual masih dianggap tabu oleh sebagian masyarakat Indonesia. Riset yang dilakukan oleh Durex Indonesia menunjukkan 84 persen remaja berusia 12-17 tahun belum mendapatkan edukasi seks. Akibatnya, banyak remaja yang tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk melindungi diri dari risiko kesehatan reproduksi dan seksual, seperti kehamilan tidak diinginkan, infeksi menular seksual, kekerasan seksual, dan diskriminasi.

Untuk memberikan edukasi kesehatan reproduksi dan seksual yang efektif, perlu ada kerjasama antara pemerintah, sekolah, keluarga, dan masyarakat. Pemerintah perlu menyusun kebijakan dan kurikulum yang mendukung penyampaian materi kesehatan reproduksi dan seksual yang komprehensif, ilmiah, dan berbasis hak. Sekolah perlu menyediakan guru yang terlatih dan profesional, serta sarana dan prasarana yang memadai. Keluarga perlu memberikan dukungan dan bimbingan yang hangat dan terbuka. Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran dan toleransi terhadap isu-isu kesehatan reproduksi dan seksual.

Sejarah

Pelajaran terakhir yang remaja Indonesia belum mengerti adalah sejarah. Sejarah adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa masa lalu yang berkaitan dengan manusia dan peradabannya. Sejarah penting untuk dipelajari oleh remaja karena dapat membantu mereka memahami identitas, asal-usul, dan warisan budaya mereka, serta mengembangkan keterampilan berpikir kritis, analitis, dan reflektif.

Namun, banyak remaja yang tidak menyukai pelajaran sejarah karena menganggapnya membosankan, sulit, dan tidak relevan. Menurut sebuah infografik yang dibuat oleh Zenius, sejarah merupakan pelajaran yang paling dibenci oleh siswa Indonesia, dengan persentase 21,5%. Bisa jadi, hal ini disebabkan oleh cara pembelajaran sejarah di Indonesia yang masih kaku dan membuat sebagian besar siswanya mentok belajar dengan cara menghafal tahun, tempat, dan nama pahlawan tanpa mengerti gambaran besarnya.

BACA JUGA  Perkembangan Emosi Remaja Wanita: Faktor, Gejala, dan Cara Mendukungnya

Untuk membuat pelajaran sejarah lebih menarik dan bermakna, guru perlu mengubah paradigma dan metode pembelajaran sejarah. Guru perlu mengajarkan sejarah sebagai sebuah proses penyelidikan dan penafsiran, bukan sebagai sekumpulan fakta yang sudah jadi dan tak terbantahkan. Guru juga perlu menggunakan sumber-sumber sejarah yang beragam dan kredibel, seperti dokumen, artefak, peta, foto, film, dan saksi mata, serta mengajak murid untuk menganalisis, membandingkan, dan mengevaluasi sumber-sumber tersebut. Selain itu, guru juga perlu menghubungkan materi sejarah dengan isu-isu kontemporer yang relevan dengan kehidupan murid, serta mengembangkan nilai-nilai sejarah, seperti kejujuran, empati, toleransi, dan tanggung jawab.

Kesimpulan

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa masih banyak pelajaran yang remaja Indonesia belum mengerti, seperti pembelajaran tuntas, kesehatan reproduksi dan seksual, dan sejarah. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih perlu ditingkatkan. Untuk itu, perlu ada upaya bersama dari berbagai pihak, seperti pemerintah, sekolah, guru, keluarga, dan masyarakat, untuk memberikan pendidikan yang komprehensif, ilmiah, dan berbasis hak kepada remaja Indonesia, agar mereka dapat menjadi generasi yang cerdas, sehat, dan berkarakter.

Also Read

Bagikan:

Tags

Leave a Comment

Ads - Before Footer