Ads - After Header

Apa Agama Ayah dan Ibu Nabi Muhammad SAW?

Dwi Cahyo Ferdiansyah

Pertanyaan mengenai agama ayah dan ibu Nabi Muhammad SAW telah lama menjadi topik diskusi di kalangan ulama dan peneliti. Ayah Nabi Muhammad SAW, Abdullah, dan ibunya, Aminah, hidup di zaman pra-Islam, yang dikenal sebagai Jahiliyah. Berdasarkan sumber-sumber sejarah, kedua orang tua Nabi Muhammad SAW meninggal sebelum beliau menerima wahyu pertama dari Allah SWT.

Status Kepercayaan Ayah dan Ibu Nabi Muhammad SAW

Menurut beberapa riwayat, kedua orang tua Nabi Muhammad SAW meninggal dalam keadaan belum mengenal Islam. Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahihnya, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Muhammad SAW menziarahi kubur ibunya dan menangis, menunjukkan kasih sayang seorang anak terhadap orang tuanya. Namun, beliau dilarang memintakan ampun bagi mereka karena mereka meninggal dalam keadaan musyrik.

Dalam konteks ini, musyrik berarti mereka yang menyembah selain Allah SWT, yang merupakan praktik umum di Arab sebelum kedatangan Islam. Ayat Al-Qur’an Surah At-Taubah (9:113) menjelaskan bahwa tidak sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun bagi orang-orang musyrik, bahkan jika mereka adalah kerabat dekat, setelah jelas bagi mereka bahwa orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka.

Kehati-hatian dalam Membahas Topik Ini

Ulama kontemporer menekankan pentingnya kehati-hatian dalam membahas status kepercayaan orang tua Nabi Muhammad SAW. Ustaz Abdul Somad dalam bukunya, "37 Masalah Populer", mengingatkan agar tidak menyakiti perasaan Nabi Muhammad SAW dengan menyakiti perasaan beliau terkait orang tuanya. Menyinggung orang tua Rasulullah SAW bisa dianggap sebagai tindakan yang menyakiti Rasulullah SAW, yang diancam dengan azab yang pedih.

BACA JUGA  Bagaimana Seseorang Merindukan Nabi

Kesimpulan

Sementara banyak sumber sejarah menyatakan bahwa ayah dan ibu Nabi Muhammad SAW meninggal dalam keadaan musyrik, penting untuk menghormati perasaan Nabi Muhammad SAW dan menghindari pernyataan yang bisa menyakiti perasaannya. Diskusi tentang topik ini harus dilakukan dengan penuh rasa hormat dan kehati-hatian.


Also Read

Bagikan:

Tags

Leave a Comment

Ads - Before Footer