Sebelum kedatangan Nabi Muhammad SAW, praktik penyembahan Allah di kalangan bangsa Arab telah mengalami berbagai perubahan dan pengaruh dari luar. Pada awalnya, bangsa Arab mengikuti ajaran tauhid yang dibawa oleh Nabi Ismail AS, yang menekankan pada penyembahan tunggal kepada Allah. Namun, seiring waktu, banyak dari mereka yang melupakan ajaran ini dan mulai memperkenalkan praktik politeisme.
Penyembahan di Masa Nabi Ismail AS
Nabi Ismail AS, yang merupakan salah satu keturunan Nabi Ibrahim AS, dikenal telah menyebarkan ajaran tauhid di tanah Arab. Ajaran ini menekankan pada penyembahan hanya kepada Allah dan menghindari penyembahan terhadap berhala atau makhluk lain[4].
Pengaruh Politeisme dan Penyembahan Berhala
Dengan berjalannya waktu, pengaruh dari peradaban lain seperti Romawi dan Persia, serta interaksi dengan pedagang dan suku lain, membawa praktik politeisme ke Jazirah Arab. Amru bin Luhai, seorang pemimpin Bani Khuza’ah, dikenal sebagai tokoh yang memperkenalkan penyembahan berhala di Ka’bah setelah terpengaruh oleh praktik serupa di Syam[4].
Agama Lain di Jazirah Arab
Selain politeisme, agama-agama lain seperti Yahudi dan Nasrani juga berkembang di Jazirah Arab. Yahudi pertama kali masuk ke Yaman melalui As’ad bin Abi Karb, dan Nasrani masuk melalui pendudukan oleh orang-orang Habasyah dan Romawi[4].
Praktik Keagamaan Sebelum Islam
Meskipun banyak yang beralih ke politeisme, masih ada praktik keagamaan yang bertahan, seperti penghormatan terhadap jin, hantu, dan ruh leluhur. Beberapa suku Arab juga melakukan sesajian berupa kurban binatang[6]. Selain itu, sejarah mencatat bahwa salat telah ada sejak zaman Nabi Adam AS, yang menunjukkan bahwa konsep ibadah dan komunikasi dengan Tuhan telah ada sejak awal manusia[7].
Kesimpulan
Penyembahan Allah sebelum zaman Nabi Muhammad SAW di Jazirah Arab adalah campuran dari ajaran tauhid yang lama dan pengaruh baru politeisme serta agama-agama lain yang masuk ke wilayah tersebut. Meskipun banyak yang terpengaruh oleh praktik politeisme, masih ada yang mempertahankan beberapa aspek dari ajaran tauhid dan praktik keagamaan lain yang lebih kuno.