Nabi Muhammad SAW, yang merupakan sosok sentral dalam Islam, memiliki periode dakwah yang terbagi menjadi dua fase penting: Mekkah dan Madinah. Setelah menghabiskan 13 tahun berdakwah di Mekkah, beliau hijrah ke Madinah, yang menandai awal dari fase kedua dakwahnya.
Periode Dakwah di Madinah
Dakwah di Madinah dimulai pada tahun 622 Masehi, ketika Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya melakukan hijrah dari Mekkah ke Madinah[1]. Ini adalah langkah penting dalam sejarah Islam karena hijrah tersebut tidak hanya merupakan perpindahan fisik, tetapi juga simbolisasi dari penyebaran ajaran Islam ke luar Mekkah.
Durasi dan Kegiatan Dakwah
Selama 10 tahun di Madinah, Nabi Muhammad SAW tidak hanya menyebarkan ajaran Islam tetapi juga membangun fondasi komunitas Muslim yang kuat. Beliau mendirikan masjid pertama, yang menjadi pusat kegiatan sosial dan ibadah, serta mengatur perjanjian dengan penduduk Madinah yang menetapkan prinsip-prinsip kehidupan bersama yang harmonis[1].
Metodologi Dakwah
Nabi Muhammad SAW menerapkan berbagai metode dalam dakwahnya, termasuk:
- Metode bil-hikmah: Mengenal sasaran dakwah dengan bijaksana.
- Metode bil mau’izhah hasanah: Memberi nasihat yang baik dan bijak.
- Metode bil jidal: Berdebat secara sehat untuk mencari kebenaran[1].
Pengaruh dan Hasil Dakwah
Dakwah di Madinah mengalami kemajuan yang signifikan, dengan banyak penduduk setempat yang memeluk Islam. Nabi Muhammad SAW juga berhasil membangun toleransi dan koeksistensi antaragama, yang menjadi salah satu ciri khas periode Madinah.
Kesimpulan
Periode dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah adalah masa yang krusial dalam sejarah Islam. Selama 10 tahun di kota ini, beliau tidak hanya menyebarkan ajaran Islam tetapi juga meletakkan dasar bagi pembentukan masyarakat Muslim yang beradab dan berkeadilan. Kegiatan dakwah yang dilakukan dengan penuh hikmah dan strategi yang bijaksana ini telah memberikan dampak yang mendalam hingga saat ini.
