Ads - After Header

Mengapa Nabi Yeremia Disebut "Nabi yang Menangis"?

Arsita Hemi Kusumastiwi

Nabi Yeremia, yang hidup sekitar tahun 645 SM, adalah salah satu nabi Perjanjian Lama yang berkarya sebelum bangsa Israel atau Kerajaan Yehuda ditaklukkan dan penduduknya dibuang ke Babel. Dalam Alkitab, namanya disebut sebanyak 134 kali dalam 5 kitab, dan pertama kali muncul dalam 2 Tawarikh 35:25. Yeremia dikenal sebagai "Nabi yang Menangis" karena tangisannya yang mendalam atas nasib bangsa Israel dan karena perasaan sedih yang amat hebat, secara tradisional ia dianggap penulis kitab Ratapan.

Latar Belakang Nabi Yeremia

Yeremia adalah anak imam Hilkia dari Anatot. Ia lahir dan dibesarkan di Anatot, desa para imam, yang berjarak 6 km di timur laut dari Yerusalem. Menurut Alkitab, Yeremia dipanggil menjadi nabi oleh Allah ketika dirinya masih sangat muda, sebelum genap berusia 20 tahun.

Pelayanan Nabi Yeremia

Nabi Yeremia melayani di daerah Yehuda, atau kerajaan Israel Selatan, selama 40 tahun dalam masa pemerintahan lima raja Yehuda. Ia menentang penyembahan berhala dan ketidakadilan, serta nubuat para nabi-nabi palsu. Yeremia juga peka terhadap isu-isu kemanusiaan.

Kenapa "Nabi yang Menangis"?

Yeremia sering kali disebut "nabi yang menangis" karena ia menangis siang dan malam untuk umat yang terlalu keras hati sehingga tidak menyadari dekatnya malapetaka mereka. Penderitaan Yeremia menyampaikan penderitaan Allah atas dosa orang Yehuda dan Israel, umat pilihan Allah.

Pengajaran dan Ajaran Nabi Yeremia

Inti pengajaran Yeremia menekankan bahwa Allah adalah pencipta dan Tuhan yang berdaulat, yang memerintah segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi. Ia melawan nabi-nabi palsu dan imam-imam yang mencari untung dari jabatan mereka dengan ramalan manis yang berkata bahwa Yerusalem tidak akan jatuh ke tangan orang Babel.

BACA JUGA  Ajakan Nabi Yaqub kepada Kaumnya

Kesimpulan

Nabi Yeremia, dengan julukan "Nabi yang Menangis," merupakan sosok yang unik dalam sejarah kenabian. Tangisannya bukan hanya karena kesedihan pribadi, tetapi lebih merupakan ekspresi dari hati Allah yang sedih atas ketidaksetiaan dan dosa bangsanya. Kehidupan dan pelayanannya mengajarkan kita tentang pentingnya empati dan keberanian untuk berdiri teguh pada kebenaran di tengah dunia yang penuh dengan ketidakadilan dan kepalsuan.

Also Read

Bagikan:

Tags

Leave a Comment

Ads - Before Footer