Ads - After Header

Mengapa Istri Nabi Muhammad SAW Lebih dari Empat?

Dwi Cahyo Ferdiansyah

Dalam sejarah Islam, Nabi Muhammad SAW dikenal memiliki istri lebih dari empat, yang menurut beberapa riwayat berjumlah sebelas. Hal ini sering menimbulkan pertanyaan dan kadang kala kritikan, karena tampaknya bertentangan dengan ajaran Islam yang membatasi jumlah istri hingga empat saja, sebagaimana ditegaskan dalam Surah An-Nisa’ ayat 3. Namun, ada beberapa alasan penting yang mendasari kenapa Nabi Muhammad SAW memiliki istri lebih dari empat.

Alasan Sosial

Pernikahan Nabi Muhammad SAW seringkali dilakukan dengan tujuan sosial untuk memberikan perlindungan dan pengayoman. Misalnya, pernikahannya dengan Saudah binti Zam’ah, seorang janda dengan empat anak, bertujuan untuk memberikan ibu bagi anak-anak tersebut. Pernikahan dengan Khadijah, Zainab binti Khuzaimah, dan Ummu Salamah juga memiliki latar belakang sosial yang kuat, di mana mereka adalah para janda yang membutuhkan dukungan setelah kehilangan suami mereka.

Alasan Transendental (Ilahiyah)

Beberapa pernikahan Nabi Muhammad SAW didasarkan pada alasan transendental atau ilahiyah. Contohnya adalah pernikahan dengan Aisyah RA, yang berawal dari wahyu yang diterima Nabi melalui mimpi. Pernikahan dengan Zainab binti Jahsy juga merupakan bagian dari legalisasi hukum syariat tentang status anak angkat, yang dicatat dalam Surah Al-Ahzab ayat 4 dan 5.

Alasan Politik

Pernikahan Nabi Muhammad SAW juga dilakukan dengan tujuan politik, seperti mempererat persatuan dan menghindari permusuhan. Pernikahan dengan Juwairiyah binti al-Harits dan Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sufyan adalah contoh pernikahan yang memiliki dampak politik signifikan, di mana mereka membantu dalam proses islamisasi dan mengurangi perlawanan terhadap Islam.

Dengan demikian, tuduhan bahwa pernikahan Nabi Muhammad SAW dilandasi oleh nafsu birahi adalah tidak berdasar. Pernikahan-pernikahan tersebut dilakukan dengan pertimbangan yang mendalam dan untuk tujuan yang lebih besar daripada sekadar keinginan pribadi. Para istri Nabi umumnya adalah janda yang membutuhkan perlindungan dan memiliki banyak anak, yang menunjukkan bahwa pernikahan tersebut memiliki dimensi sosial, transendental, dan politik yang kuat.

BACA JUGA  Bagaimana Sikap Raja Ahab pada Masa Nabi Ilyas

Also Read

Bagikan:

Tags

Leave a Comment

Ads - Before Footer