Ads - After Header

Tidur di Bulan Ramadhan: Ibadah atau Kebiasaan?

Dwi Cahyo Ferdiansyah

Bulan Ramadhan adalah waktu yang istimewa bagi umat Islam, di mana mereka berpuasa dari fajar hingga matahari terbenam. Selama bulan ini, setiap aspek kehidupan seorang Muslim diarahkan untuk meningkatkan ketakwaan dan kebajikan. Salah satu topik yang sering dibahas adalah konsep tidur selama bulan Ramadhan dan bagaimana hal itu dilihat dalam konteks ibadah.

Hadist tentang Tidur di Bulan Ramadhan

Terdapat sebuah hadist yang sering dikutip berkaitan dengan tidur di bulan Ramadhan:

"Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah. Diamnya adalah tasbih. Do’anya adalah do’a yang mustajab. Pahala amalannya pun akan dilipatgandakan."

Namun, penting untuk dicatat bahwa hadist ini memiliki derajat yang dho’if (lemah). Ini berarti bahwa hadist tersebut tidak memiliki rantai periwayatan yang kuat dan oleh karena itu, tidak dapat diandalkan sepenuhnya sebagai sumber hukum Islam.

Tidur sebagai Ibadah: Kapan dan Bagaimana?

Meskipun hadist di atas dho’if, para ulama telah menjelaskan bahwa tidur, seperti halnya aktivitas mubah (diperbolehkan) lainnya, dapat bernilai ibadah jika diniatkan untuk membantu seseorang dalam melaksanakan ibadah. Misalnya, tidur yang dimaksudkan untuk menguatkan tubuh agar dapat melaksanakan shalat tarawih dengan lebih khusyuk atau untuk berpuasa dengan lebih sabar, dapat dianggap sebagai ibadah.

Imam An-Nawawi, seorang ulama besar, menyatakan:

"Sesungguhnya perbuatan mubah, jika dimaksudkan dengannya untuk mengharapkan wajah Allah Ta’ala, maka dia akan berubah menjadi suatu ketaatan dan akan mendapatkan balasan (ganjaran)."

Kesalahpahaman Umum

Sayangnya, beberapa orang mungkin salah memahami konsep ini dan menggunakannya sebagai pembenaran untuk bermalas-malasan selama Ramadhan, dengan banyak tidur di siang hari. Ini bertentangan dengan semangat Ramadhan, yang seharusnya menjadi waktu untuk meningkatkan ibadah dan kegiatan positif lainnya.

BACA JUGA  Cara Melaksanakan Puasa Syawal

Imam Al-Ghazali, seorang filosof dan teolog Muslim, menekankan pentingnya tidak berlebihan dalam tidur siang agar dapat merasakan lapar dan haus, yang merupakan bagian dari pengalaman berpuasa, dan untuk memastikan bahwa hati tetap jernih.

Kesimpulan

Dalam konteks Ramadhan, tidur tidak hanya sekedar istirahat tetapi juga bisa menjadi bagian dari ibadah jika dilakukan dengan niat yang benar. Namun, ini tidak berarti bahwa seseorang harus menghabiskan sebagian besar waktu siang hari untuk tidur. Sebaliknya, tidur harus diatur sedemikian rupa sehingga mendukung aktivitas ibadah dan tidak mengurangi kesempatan untuk berbuat kebaikan.

: Rumaysho.Com
: NU Online

Also Read

Bagikan:

Tags

Leave a Comment

Ads - Before Footer