Ads - After Header

Haji Agus Salim: Diplomat, Jurnalis, dan Pahlawan Nasional Indonesia

Arsita Hemi Kusumastiwi

Haji Agus Salim, lahir dengan nama Masjhoedoelhaq pada 8 Oktober 1884, adalah sosok penting dalam sejarah Indonesia sebagai pejuang kemerdekaan, diplomat, dan jurnalis yang berpengaruh. Kehidupannya yang penuh dedikasi untuk bangsa Indonesia menjadikannya salah satu pahlawan nasional yang dihormati.

Kehidupan Awal dan Pendidikan

Agus Salim lahir di Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat, dalam keluarga Soetan Salim gelar Soetan Mohamad Salim dan Siti Zainab. Pendidikan dasarnya ditempuh di Europeesche Lagere School (ELS), sekolah khusus bagi anak-anak Eropa, yang menunjukkan status sosial yang tinggi pada masa itu. Dia melanjutkan pendidikannya di Hoogere Burgerschool (HBS) Koning Willem III di Batavia dan lulus sebagai alumnus terbaik se-Hindia Belanda.

Karier dan Kontribusi

Setelah lulus, Salim memulai karier sebagai penerjemah dan pembantu notaris, kemudian berangkat ke Jeddah, Arab Saudi, untuk bekerja di Konsulat Belanda. Di sana, ia berguru pada Syaikh Ahmad Khatib, yang juga merupakan pamannya. Kembali ke Indonesia, Salim terjun ke dunia jurnalistik, menjadi Wakil Redaktur di Harian Neratja, dan kemudian Ketua Redaksi. Dia juga mendirikan surat kabar Fadjar Asia dan menjadi Redaktur Harian Moestika di Yogyakarta.

Peran dalam Diplomasi

Salim dikenal sebagai ahli diplomasi yang memperjuangkan kedaulatan Indonesia di mata internasional. Ia menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia dari 3 Juli 1947 hingga 20 Desember 1949, di mana ia memainkan peran kunci dalam negosiasi dan pengakuan kedaulatan Indonesia.

Warisan

Agus Salim menguasai beberapa bahasa asing, termasuk Belanda, Inggris, Jerman, Prancis, Arab, Turki, dan Jepang, yang membantunya dalam karier diplomatiknya. Dia ditetapkan sebagai pahlawan nasional Indonesia pada tanggal 27 Desember 1961 melalui Keputusan Presiden Indonesia Nomor 657 tahun 1961. Karya-karyanya, termasuk terjemahan dan tulisan asli, masih dihargai hingga hari ini sebagai bagian dari warisan intelektual Indonesia.

BACA JUGA  Berapa Dana yang Diperlukan untuk Mendapatkan Kuota Haji

Haji Agus Salim meninggal pada 4 November 1954, namun semangat dan dedikasinya terhadap bangsa dan negara tetap hidup dalam ingatan rakyat Indonesia. Sebagai seorang yang berpendidikan tinggi dan memiliki visi yang luas, ia telah memberikan kontribusi yang tak terukur bagi Indonesia, baik dalam perjuangan kemerdekaan maupun dalam pembangunan bangsa pasca-kemerdekaan..

Also Read

Bagikan:

Tags

Leave a Comment

Ads - Before Footer