Ads - After Header

Apakah Candi Borobudur Peninggalan Nabi Sulaiman? Ini Fakta dan Mitosnya

Dwi Cahyo Ferdiansyah

Candi Borobudur adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang terletak di Magelang, Jawa Tengah. Dengan ketinggian mencapai 35 meter dengan luas 15.000 meter persegi, Candi Borobudur merupakan monumen Buddha terbesar di dunia. Candi Borobudur dibangun untuk tempat suci umat Buddha sekaligus sebagai tempat ziarah yang menuntun manusia dari nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha.

Namun, ada juga yang berpendapat bahwa Candi Borobudur adalah peninggalan Nabi Sulaiman, salah satu nabi dalam agama Islam yang dikenal memiliki kekuasaan atas manusia, jin, dan binatang. Salah satu tokoh yang mendukung pendapat ini adalah matematikawan dan pendakwah Islam, KH Fahmi Basya. Ia mengklaim bahwa ia telah melakukan penelitian selama 36 tahun dan menemukan bukti-bukti ilmiah yang menghubungkan Candi Borobudur dengan kisah Nabi Sulaiman dalam Al-Quran.

Berikut ini adalah beberapa bukti yang dijadikan alasan oleh Fahmi Basya:

  • Relief tabut. Tabut adalah sebuah peti yang berisi warisan Nabi Daud kepada Nabi Sulaiman, yaitu Kitab Zabur, Taurat, dan Tongkat Musa. Relief ini ada di Candi Borobudur dan dijaga oleh seseorang, sebagaimana diceritakan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 248.
  • Relief Nabi Sulaiman berbicara dengan burung. Nabi Sulaiman diberi mukjizat untuk bisa berbicara dengan burung. Relief ini juga ada di Candi Borobudur dan sesuai dengan kisah dalam Al-Quran surat An-Naml ayat 20-22.
  • Relief pekerjaan jin yang tidak selesai. Nabi Sulaiman memerintahkan jin untuk membuat patung atau relief yang disebut Tamatsil. Namun, ketika Nabi Sulaiman wafat, para jin menghentikan pekerjaannya. Relief ini disebut Unfinished Solomon dan ada di Candi Borobudur, sebagaimana kisah dalam Al-Quran surat Saba ayat 14.
  • Lempengan emas bergambar. Fahmi Basya mengatakan bahwa ada lempengan emas bergambar yang merupakan warisan Nabi Sulaiman dan dipindahkan oleh jin ke dinding baru Candi Borobudur agar tidak hilang. Gambar-gambar ini disebut mengandung simbol-simbol Islam.
  • Kisah Ratu Saba. Ratu Saba atau Bilqis adalah seorang ratu yang menyembah matahari dan bersujud kepada sesama manusia. Nabi Sulaiman mengundangnya ke wilayah kekuasaannya dan mengajaknya masuk Islam. Fahmi Basya mengklaim bahwa Ratu Saba berasal dari Jawa dan Candi Borobudur adalah tempat berkumpulnya, sebagaimana kisah dalam Al-Quran surat An-Naml ayat 23-44.
BACA JUGA  Apakah Nabi Berfilsafat? Sebuah Tinjauan

Namun, teori Fahmi Basya ini menuai banyak kritik dan penolakan dari para ahli sejarah, arkeologi, dan agama. Mereka menilai bahwa teori ini tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat dan bertentangan dengan fakta-fakta yang ada. Berikut ini adalah beberapa argumen yang menyanggah teori Fahmi Basya:

  • Perbedaan waktu pembangunan. Candi Borobudur dibangun pada abad ke-8 Masehi oleh Dinasti Syailendra, sedangkan Nabi Sulaiman hidup pada abad ke-10 SM. Jadi, ada selisih sekitar 18 abad antara keduanya.
  • Perbedaan gaya arsitektur. Candi Borobudur memiliki gaya arsitektur yang khas Jawa, yaitu berbentuk stupa yang melambangkan kosmos Buddha. Candi Borobudur juga memiliki relief-relief yang menggambarkan ajaran dan kisah Buddha, seperti Lalitawistara, Jataka, Awadana, Gandawyuha, dan Bhadrakalpika.
  • Perbedaan konteks budaya. Candi Borobudur dibangun sebagai tempat ibadah dan ziarah umat Buddha, bukan umat Islam. Candi Borobudur juga tidak memiliki hubungan dengan hutan Saba atau negeri Saba, yang merupakan sebuah kerajaan di Yaman, Timur Tengah. Nama Saba sendiri berasal dari bahasa Arab, bukan bahasa Jawa.
  • Perbedaan makna simbol. Relief-relief yang dianggap sebagai bukti peninggalan Nabi Sulaiman sebenarnya memiliki makna yang berbeda dalam konteks Buddha. Misalnya, relief tabut sebenarnya adalah gambaran peti yang berisi relik-relik Buddha. Relief Nabi Sulaiman berbicara dengan burung sebenarnya adalah gambaran adegan Buddha berbicara dengan seekor burung Garuda. Relief pekerjaan jin yang tidak selesai sebenarnya adalah gambaran patung yang belum selesai dibuat oleh para pengrajin.
  • Perbedaan sumber sejarah. Teori Fahmi Basya hanya mengacu pada sumber Al-Quran, tanpa mempertimbangkan sumber-sumber sejarah lain yang lebih akurat dan terpercaya. Sumber-sumber sejarah lain, seperti prasasti, catatan para pelancong, dan penelitian arkeologis, menunjukkan bahwa Candi Borobudur adalah buatan Dinasti Syailendra, bukan Nabi Sulaiman.
BACA JUGA  Sejarah Islam Nusantara: Perkembangan dan Keterbukaan Islam di Tanah Air

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa teori Candi Borobudur adalah peninggalan Nabi Sulaiman adalah salah dan tidak berdasar. Teori ini hanya didasarkan pada penafsiran yang keliru dan tidak konsisten terhadap relief-relief yang ada di Candi Borobudur. Teori ini juga mengabaikan fakta-fakta sejarah, arkeologi, dan budaya yang telah terbukti secara ilmiah. Oleh karena itu, teori ini harus ditolak dan tidak disebarluaskan, karena dapat menimbulkan kesalahpahaman dan kerancuan di kalangan masyarakat. Candi Borobudur adalah warisan budaya Indonesia yang harus kita lestarikan dan hormati, bukan diklaim sebagai milik orang lain.

Also Read

Bagikan:

Tags

Leave a Comment

Ads - Before Footer