Sakaratul maut adalah peristiwa berpisahnya ruh dari jasad. Peristiwa ini sangat menyakitkan bagi setiap makhluk yang bernyawa, tidak terkecuali para nabi dan rasul. Namun, mengapa Nabi Muhammad SAW, yang merupakan kekasih Allah dan manusia paling mulia, masih merasakan sakitnya sakaratul maut?
Menurut beberapa riwayat yang sahih, Nabi Muhammad SAW merasakan sakit yang sangat hebat saat menghadapi sakaratul maut. Beliau berkata: "Laa ilaha illallah, sungguh kematian itu sangat pedih" . Beliau juga mengatakan kepada putrinya, Fatimah: "Tidak ada penderitaan atas ayahmu setelah hari ini" . Bahkan, ‘Aisyah, istri beliau, berkata: "Aku tidak iri kepada siapa pun karena kemudahan kematian setelah melihat kesakitan kematian Rasulullah SAW" .
Ada beberapa hikmah yang dapat kita petik dari sakitnya sakaratul maut yang dialami Nabi Muhammad SAW, di antaranya:
- Sakaratul maut yang dialami Nabi Muhammad SAW bukanlah sebuah kehinaan, tetapi sebagai pengangkat derajat dan kedudukan di sisi Allah. Allah menguji orang yang dicintai-Nya dengan berbagai cobaan, termasuk sakit dan kematian, agar mereka mendapatkan pahala yang besar dan ampunan yang luas .
- Sakaratul maut yang dialami Nabi Muhammad SAW adalah sebagai teladan bagi umatnya, agar mereka bersabar dan tawakkal saat menghadapi kematian. Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan kita untuk mengucapkan kalimat syahadat saat sakaratul maut, sebagai pengakuan iman dan kesaksian terakhir .
- Sakaratul maut yang dialami Nabi Muhammad SAW adalah sebagai bukti bahwa beliau adalah manusia biasa, yang tidak kekal dan tidak abadi. Beliau tidak memiliki hak apapun selain yang diberikan Allah kepadanya. Beliau juga tidak dapat memberi manfaat atau mudarat kepada siapa pun tanpa izin Allah. Hal ini agar kita tidak berlebihan dalam memuliakan beliau, tetapi tetap mencintai dan mengikuti sunnah beliau .