Ads - After Header

Puasa di Bulan Haji: Keutamaan, Tata Cara, dan Niat

Dwi Cahyo Ferdiansyah

Bulan haji atau Dzulhijjah adalah bulan terakhir dalam kalender Islam. Bulan ini memiliki keistimewaan karena di dalamnya terdapat ibadah haji dan hari raya Idul Adha. Selain itu, bulan ini juga disunnahkan untuk berpuasa, khususnya pada 10 hari pertama. Puasa di bulan haji memiliki banyak keutamaan dan manfaat, baik secara spiritual maupun kesehatan. Bagaimana cara melaksanakan puasa di bulan haji? Berapa hari yang disunnahkan untuk berpuasa? Apa saja niat dan doa yang dibaca? Simak ulasan berikut ini.

Keutamaan Puasa di Bulan Haji

Puasa di bulan haji adalah puasa sunnah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadits, beliau bersabda:

Tidak ada hari di mana amal saleh padanya lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yakni 10 hari pertama Dzulhijjah. Para sahabat bertanya: ‘Tidak juga dari jihad fi sabilillah?’ Beliau menjawab: ‘Jihad fi sabilillah juga tidak, kecuali seseorang yang keluar dengan diri dan hartanya lalu ia tidak kembali dengan satu pun dari keduanya.

Hadits ini menunjukkan bahwa amal saleh yang dilakukan pada 10 hari pertama Dzulhijjah memiliki nilai yang sangat tinggi di sisi Allah SWT. Salah satu amal saleh yang dimaksud adalah puasa. Puasa di bulan haji bahkan lebih utama daripada jihad fi sabilillah, kecuali bagi orang yang gugur di jalan Allah.

Puasa di bulan haji juga memiliki keutamaan khusus pada hari Arafah, yaitu tanggal 9 Dzulhijjah. Puasa pada hari ini dapat menghapuskan dosa selama dua tahun, yaitu tahun sebelumnya dan tahun sesudahnya. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah SAW:

Puasa pada hari Arafah, aku berharap kepada Allah akan menghapuskan (dosa) setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya.

Puasa di bulan haji juga bermanfaat untuk kesehatan tubuh dan jiwa. Puasa dapat membantu membersihkan racun, menurunkan berat badan, meningkatkan daya tahan, menenangkan pikiran, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

BACA JUGA  Perbedaan Umroh dan Haji

Tata Cara Puasa di Bulan Haji

Puasa di bulan haji dapat dilakukan pada 9 hari di awal bulan Dzulhijjah, yaitu dari tanggal 1 sampai 9. Puasa ini disunnahkan bagi orang yang sedang menunaikan ibadah haji ataupun tidak, kecuali pada tanggal 8 dan 9 Dzulhijjah. Puasa pada tanggal 8 Dzulhijjah disebut puasa Tarwiyah, sedangkan puasa pada tanggal 9 Dzulhijjah disebut puasa Arafah.

Puasa Tarwiyah dan Arafah hanya disunnahkan bagi yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji. Bagi yang sedang berhaji, puasa pada tanggal 8 dan 9 Dzulhijjah hukumnya khilaf al-aula (menyalahi yang lebih utama), bahkan makruh menurut Imam An-Nawawi. Sebab, mereka lebih dianjurkan untuk memperbanyak doa pada hari tersebut, sekalipun mereka kuat untuk berpuasa. Hal ini sesuai dengan sunnah Nabi SAW.

Puasa di bulan haji dilakukan dengan niat pada malam hari, yaitu sejak terbenamnya matahari sampai terbit fajar. Berikut adalah lafal niatnya:

  • Niat puasa dari tanggal 1 sampai 7 Dzulhijjah

نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ ذِيْ الْحِجَّةِ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma syahri dzil hijjah sunnatan lillâhi ta‘âlâ.

Artinya: “Saya niat puasa sunnah bulan Dzulhijjah karena Allah ta’âlâ.”

  • Niat pada pada tanggal 8 Dzulhijjah (hari Tarwiyah)

نَوَيْتُ صَوْمَ تَرْوِيَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma tarwiyata sunnatan lillâhi ta‘âlâ.

Artinya: “Saya niat puasa sunnah hari Tarwiyah karena Allah ta’âlâ.”

  • Niat pada tanggal 9 Dzulhijjah (hari Arafah)

نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ‘arofata sunnatan lillâhi ta‘âlâ.

Artinya: “Saya niat puasa sunnah hari Arafah karena Allah ta’âlâ.”

Puasa di bulan haji dilakukan dengan cara yang sama dengan puasa lainnya, yaitu menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar sampai terbenam matahari. Puasa di bulan haji juga disertai dengan memperbanyak dzikir, baca Al-Quran, shalat, sedekah, dan amal saleh lainnya.

BACA JUGA  Kapan Jemaah Haji Indonesia Pulang ke Tanah Air pada Tahun 2019?

Doa Puasa di Bulan Haji

Doa puasa di bulan haji adalah doa yang dibaca ketika berbuka puasa. Doa ini sama dengan doa berbuka puasa pada umumnya, yaitu:

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

Dzahabazh zhoma’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru in sya Allah.

Artinya: “Telah hilang dahaga, dan telah basah urat-urat, dan telah tetap pahala, insya Allah.”

Selain doa ini, juga disunnahkan untuk membaca doa-doa lain yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, seperti:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِرَحْمَتِكَ الَّتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ أَنْ تَغْفِرَ لِي

Allahumma inni as-aluka bi rahmatika allati wasi’at kulla syai-in an taghfira li.

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dengan rahmat-Mu yang meliputi segala sesuatu, agar Engkau mengampuni dosa-dosaku.”

اللَّهُمَّ اجْعَلْ صِيَامِي فِيهِ صِيَامَ الصَّائِمِينَ وَقِيَامِي فِيهِ قِيَامَ الْقَائِمِينَ وَنَبِّهْنِي فِيهِ عَنْ نَوْمَةِ الْغَافِلِينَ وَهَبْ لِي جُرْمِي فِيهِ يَا إِلَهَ الْعَالَمِينَ وَاعْفُ عَنِّي يَا عَافِيَ عَنِ الْمُجْرِمِينَ

Allahumma’j’al shiyami fihi shiyama shoiyimina wa qiyami fihi qiyama qoimina wa nabbihni fihi ‘an naumati ghofilina wa habli jurmi fihi ya ilahal ‘alamina wa’fu ‘anni ya ‘afiya ‘anil mujrimina.

Artinya: “Ya Allah,

Also Read

Bagikan:

Tags

Leave a Comment

Ads - Before Footer