Ads - After Header

BAB Berdarah: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Dwi Cahyo Ferdiansyah

Buang air besar (BAB) berdarah adalah kondisi ketika terdapat darah dalam tinja atau feses. Darah bisa terlihat pada feses atau ketika penderita kondisi ini sedang membersihkan duburnya. BAB berdarah bisa menjadi tanda adanya perdarahan di saluran pencernaan atau kondisi tertentu, seperti wasir atau radang usus.

BAB berdarah tidak selalu menandakan masalah kesehatan yang serius. Namun, BAB berdarah tetap perlu ditangani karena bisa menyebabkan anemia atau kekurangan darah, bahkan kondisi yang fatal. Oleh sebab itu, segera lakukan pemeriksaan ke dokter apabila terlihat ada darah dalam feses.

Penyebab BAB Berdarah

Berdasarkan lokasi terjadinya perdarahan, BAB berdarah dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

  • Hematochezia, yaitu BAB berdarah yang disebabkan oleh perdarahan pada saluran pencernaan bagian bawah, misalnya di usus besar atau rektum. Pada penderita hematochezia, darah yang keluar bersama feses akan terlihat merah segar. Hal ini terjadi karena perdarahan terletak di area yang tidak jauh dari dubur, sehingga darah keluar dalam keadaan masih segar. Beberapa kondisi yang dapat mengakibatkan hematochezia adalah:

    • Wasir (hemoroid), yaitu kondisi ketika pembuluh darah di area anus melebar dan berisiko menyebabkan perdarahan.
    • Fisura ani, yaitu luka terbuka di anus.
    • Divertikulitis, yaitu peradangan atau infeksi pada kantong-kantong kecil tidak normal yang terbentuk di saluran pencernaan (divertikula).
    • Radang usus, yaitu peradangan pada usus yang dapat merujuk pada penyakit Crohn atau kolitis ulseratif.
    • Polip usus besar, yaitu pertumbuhan jaringan abnormal yang bertangkai dan berukuran kurang dari 1,5 cm.
    • Tumor jinak di usus besar dan rektum yang dapat menyebabkan perdarahan.
    • Kanker usus besar.
  • Melena, yaitu BAB berdarah yang disebabkan oleh perdarahan pada saluran pencernaan bagian atas. Pada melena, darah pada feses akan terlihat hitam pekat karena tercampur dengan enzim dan asam lambung. Ada sejumlah kondisi yang dapat menimbulkan perdarahan saluran pencernaan bagian atas, yaitu:

    • Varises esofagus, yaitu pelebaran pembuluh darah vena di kerongkongan (esofagus).
    • Esofagitis, yaitu peradangan pada lapisan kerongkongan akibat penyakit GERD.
    • Tukak lambung, yaitu luka yang terbentuk di permukaan dalam dinding lambung.
    • Sindrom Mallory-Weiss, yaitu kondisi yang ditandai dengan robekan pada jaringan di area kerongkongan yang berbatasan dengan lambung.
    • Gastritis, yaitu peradangan pada lapisan pelindung di lambung.
    • Kanker lambung.
BACA JUGA  Cara Budidaya Maggot dari Nol

Gejala BAB Berdarah

Gejala BAB berdarah tergantung pada jenis dan penyebabnya. Pada penderita hematochezia, gejala utama yang timbul adalah darah pada feses yang berwarna merah segar. Selain keluar bersama feses, darah juga dapat menetes langsung dari anus.

Pada penderita melena, gejala utama yang timbul adalah feses yang berwarna hitam pekat dan berbau busuk. Feses yang berwarna hitam pekat ini disebut juga sebagai feses berlendir.

Selain darah pada feses, BAB berdarah juga dapat disertai dengan gejala lain, seperti:

  • Nyeri perut
  • Mual dan muntah
  • Sesak napas
  • Pusing atau lemas
  • Demam
  • Penurunan berat badan
  • Perubahan warna kulit menjadi pucat atau kuning

Cara Mengatasi BAB Berdarah

Cara mengatasi BAB berdarah akan bervariasi tergantung pada penyebabnya. Jika penyebabnya adalah wasir, salah satu cara untuk meredakan nyerinya adalah dengan mandi air hangat. Selain itu, mengoleskan krim tanpa resep atau dengan resep dokter juga dapat mengurangi iritasi.

Namun, jika penyebab BAB berdarah adalah fisura ani akibat konstipasi, mengobati konstipasi memungkinkan fisura tersebut sembuh. Selain itu, ada sejumlah perawatan rumahan untuk mengurangi risiko BAB berdarah, seperti:

  • Konsumsi makanan berserat tinggi.
  • Berolahraga secara teratur untuk mencegah sembelit.
  • Menjaga kebersihan area dubur.
  • Tetap terhidrasi dengan baik.

Jika pengobatan rumahan tidak berhasil, maka perawatan medis perlu menjadi pilihan. Jika penyebabnya wasir, BAB berdarah mungkin memerlukan perawatan yang lebih invasif. Dokter dapat menggunakan salah satu dari beberapa metode untuk menghentikan pendarahan akut. Biasanya, dokter menggunakan endoskopi untuk menyuntikkan obat ke tempat pendarahan, merawat sumber pendarahan dengan arus listrik atau laser, atau memasang pita atau klip untuk menutup pembuluh darah.

Jika endoskopi tidak dapat mengontrol pendarahan, dokter juga dapat menggunakan angiografi untuk menyuntikkan obat ke dalam pembuluh dara untuk mengontrol pendarahan.

BACA JUGA  Mengatasi Masalah "Proses Sistem Tidak Menanggapi" pada Smartphone Anda

Selain itu, perawatan bervariasi tergantung pada penyebabnya, dan mungkin termasuk obat-obatan seperti antibiotik untuk mengobati H. pylori, yang menekan asam lambung. Kamu juga bisa menggunakan obat antiinflamasi untuk mengobati kolitis. Namun pembedahan mungkin saja dokter lakukan untuk mengangkat polip atau bagian usus besar yang rusak akibat kanker, divertikulitis, atau penyakit radang usus.

Sementara itu, jika penyebabnya adalah fisura ani, BAB berdarah dapat sembuh dengan sendirinya. Tetapi dokter mungkin akan meresepkan antibiotik jika infeksi berkembang.

Kapan BAB Berdarah Menjadi Kondisi yang Mengkhawatirkan?

BAB berdarah bisa menjadi kondisi yang mengkhawatirkan jika disertai dengan gejala-gejala berikut:

  • Darah yang keluar banyak dan berlangsung lama
  • Feses yang berwarna hitam pekat dan berbau busuk
  • Nyeri perut yang hebat
  • Mual dan muntah darah
  • Sesak napas
  • Pusing atau lemas
  • Demam
  • Penurunan berat badan
  • Perubahan warna kulit menjadi pucat atau kuning

Jika kamu mengalami gejala-gejala di atas, segera hubungi dokter atau pergi ke rumah sakit terdekat. BAB berdarah yang parah bisa menyebabkan syok hipovolemik, yaitu kondisi yang terjadi ketika tubuh kehilangan banyak darah dan cairan sehingga tidak dapat memompa darah ke organ-organ vital.

BAB berdarah juga bisa menjadi tanda adanya penyakit serius, seperti kanker usus besar. Kanker usus besar adalah salah satu jenis kanker yang paling umum di Indonesia. Kanker usus besar biasanya tidak menimbulkan gejala pada tahap awal, sehingga sering terlambat didiagnosis. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pemeriksaan skrining kanker usus besar secara rutin, terutama bagi orang yang berusia di atas 50 tahun atau memiliki riwayat keluarga dengan kanker usus besar[^

Also Read

Bagikan:

Tags

Leave a Comment

Ads - Before Footer