Ads - After Header

Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir: Mencari Ilmu di Antara Dua Lautan

Arsita Hemi Kusumastiwi

Nabi Musa as adalah salah satu nabi yang diberi kitab Taurat oleh Allah swt. Ia juga dikenal sebagai nabi yang paling banyak berbicara dengan Allah swt. Namun, Nabi Musa as tidak merasa puas dengan ilmunya. Ia ingin menemukan orang yang lebih alim darinya dan belajar darinya.

Suatu hari, Nabi Musa as ditanya oleh kaum Bani Israil tentang siapa manusia yang paling alim di muka bumi. Nabi Musa as menjawab bahwa tidak ada yang lebih alim darinya. Jawaban ini ternyata tidak disukai oleh Allah swt. Allah swt menegur Nabi Musa as dan memberitahukan bahwa ada seorang hamba-Nya yang lebih alim darinya. Hamba itu adalah Nabi Khidir as, seorang nabi yang dikaruniai ilmu ladunni (ilmu langsung dari Allah swt).

Allah swt kemudian memberi petunjuk kepada Nabi Musa as untuk mencari Nabi Khidir as di pertemuan dua laut. Allah swt juga memberi tanda bahwa Nabi Musa as akan bertemu dengan Nabi Khidir as di tempat seekor ikan yang dibawanya menghilang. Nabi Musa as pun berangkat bersama seorang muridnya, Yusya’ bin Nun, membawa seekor ikan dalam keranjang.

Dalam perjalanan mereka, Nabi Musa as dan muridnya beristirahat di sebuah batu besar. Sementara mereka tertidur, ikan yang ada dalam keranjang melompat dan terjatuh ke laut. Murid Nabi Musa as melihat kejadian itu, tetapi lupa memberitahukannya kepada Nabi Musa as. Mereka pun melanjutkan perjalanan tanpa menyadari bahwa ikan itu sudah hilang.

Setelah berjalan sehari semalam, Nabi Musa as merasa lapar dan meminta muridnya untuk mengeluarkan ikan yang mereka bawa. Barulah muridnya ingat bahwa ikan itu sudah menghilang di laut. Nabi Musa as pun menyadari bahwa itu adalah tanda yang diberikan Allah swt. Mereka pun kembali ke batu besar tempat mereka beristirahat.

Di sana, mereka bertemu dengan seorang pria yang berselimutkan kain. Pria itu adalah Nabi Khidir as. Nabi Musa as memperkenalkan dirinya dan meminta izin untuk mengikutinya dan belajar darinya. Nabi Khidir as menyetujui permintaan Nabi Musa as, tetapi dengan syarat bahwa Nabi Musa as tidak boleh bertanya apa pun sampai Nabi Khidir as memberi penjelasan.

BACA JUGA  Kegigihan Para Nabi Ulul Azmi dalam Berdakwah: Sebuah Inspirasi bagi Umat Islam

Mereka pun memulai perjalanan bersama. Dalam perjalanan itu, Nabi Khidir as melakukan tiga perbuatan yang tampak aneh dan tidak masuk akal bagi Nabi Musa as. Pertama, Nabi Khidir as melubangi sebuah perahu yang mereka tumpangi. Kedua, Nabi Khidir as membunuh seorang anak muda yang tidak bersalah. Ketiga, Nabi Khidir as memperbaiki sebuah dinding rumah yang hampir roboh di sebuah desa yang penduduknya tidak mau menjamu mereka.

Ketiga perbuatan Nabi Khidir as itu membuat Nabi Musa as tidak sabar dan bertanya-tanya. Nabi Musa as pun melanggar syarat yang disepakati dan menanyakan alasan Nabi Khidir as melakukan hal-hal tersebut. Nabi Khidir as pun mengakhiri perjalanan mereka dan memberi penjelasan tentang hikmah di balik perbuatannya.

Nabi Khidir as menjelaskan bahwa perahu yang dilubanginya adalah milik orang-orang miskin yang bekerja di laut. Ia melubangi perahu itu agar tidak dirampas oleh seorang raja yang zalim yang sedang mencari perahu-perahu untuk disita. Dengan begitu, perahu itu tetap bisa digunakan oleh pemiliknya.

Anak muda yang dibunuhnya adalah anak dari orang-orang yang beriman. Ia membunuhnya karena Allah swt mengetahui bahwa anak itu akan menjadi durhaka kepada orang tuanya dan menyesatkan mereka dari jalan kebenaran. Allah swt berkehendak untuk menggantikan anak itu dengan anak yang lebih baik dan lebih berbakti kepada orang tuanya.

Dinding rumah yang diperbaikinya adalah milik dua anak yatim yang tinggal di desa itu. Di bawah dinding itu ada harta warisan yang disembunyikan oleh ayah mereka yang saleh. Ia memperbaiki dinding itu agar harta itu tetap terjaga sampai anak-anak itu dewasa dan bisa mengambilnya. Allah swt berkehendak untuk memberi rahmat kepada anak-anak itu karena kesalehan ayah mereka.

BACA JUGA  Kehidupan di Jazirah Arab Pada Saat Kelahiran Nabi Muhammad

Nabi Khidir as mengatakan bahwa semua perbuatannya itu adalah berdasarkan ilmu yang diberikan Allah swt kepadanya. Ia mengatakan bahwa ia tidak berbuat sesuatu atas kemauannya sendiri, tetapi atas perintah Allah swt. Ia juga mengatakan bahwa ada beberapa hal yang tidak diketahui oleh Nabi Musa as, karena ilmu Allah swt lebih luas dan lebih dalam daripada ilmu manusia.

Nabi Musa as pun menyadari bahwa Nabi Khidir as memang lebih alim darinya dalam hal-hal yang gaib. Nabi Musa as pun meminta maaf kepada Nabi Khidir as atas ketidaksabarannya. Nabi Khidir as pun menerima permintaan maaf Nabi Musa as dan berpisah dengan baik-baik.

Kisah Nabi Musa as dan Nabi Khidir as ini mengajarkan kita tentang pentingnya mencari ilmu dan bersabar dalam menghadapi hal-hal yang tidak kita mengerti. Kisah ini juga mengingatkan kita bahwa Allah swt adalah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Allah swt memiliki hikmah dan rahmat di balik setiap peristiwa yang terjadi di dunia ini. Kita sebagai hamba-Nya harus berserah diri dan bertawakkal kepada-Nya.

Kesimpulan

Nabi Musa as adalah nabi yang diberi kitab Taurat oleh Allah swt. Ia ingin menemukan orang yang lebih alim darinya dan belajar darinya. Allah swt menunjukkan kepadanya Nabi Khidir as, seorang nabi yang dikaruniai ilmu ladunni. Nabi Musa as mengikuti Nabi Khidir as dan menyaksikan tiga perbuatan yang tampak aneh dan tidak masuk akal. Nabi Khidir as kemudian memberi penjelasan tentang hikmah di balik perbuatannya. Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya mencari ilmu dan bersabar dalam menghadapi hal-hal yang tidak kita mengerti. Kisah ini juga mengingatkan kita bahwa Allah swt adalah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Allah swt memiliki hikmah dan rahmat di balik setiap peristiwa yang terjadi di dunia ini.

Also Read

Bagikan:

Tags

Leave a Comment

Ads - Before Footer