Ads - After Header

Anemia dan Stunting pada Remaja Putri: Masalah Gizi yang Perlu Diatasi

Arsita Hemi Kusumastiwi

Anemia adalah kondisi di mana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah berada di bawah normal, sehingga menyebabkan penurunan kemampuan darah untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Anemia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, namun yang paling umum adalah kekurangan zat besi, yang disebut anemia defisiensi besi (ADB). Zat besi merupakan mineral penting yang dibutuhkan untuk pembentukan Hb dan berbagai fungsi seluler lainnya.

Stunting adalah kondisi di mana panjang atau tinggi badan anak kurang dari standar usianya, yang menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan dan perkembangan sejak dalam kandungan atau pada masa balita. Stunting dapat disebabkan oleh berbagai faktor, namun yang paling utama adalah kekurangan gizi, baik kuantitas maupun kualitas, terutama pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK), yaitu dari konsepsi hingga usia 2 tahun.

Anemia dan stunting merupakan masalah gizi yang serius di Indonesia, terutama pada kelompok remaja putri. Menurut data Riskesdas 2018, prevalensi anemia pada remaja putri usia 15-18 tahun adalah 28,1%, sedangkan prevalensi stunting pada anak usia 0-59 bulan adalah 30,8%. Kedua kondisi ini saling berkaitan dan berdampak negatif pada kesehatan, kualitas hidup, dan produktivitas remaja putri, baik saat ini maupun di masa depan.

Mengapa Anemia dan Stunting Menjadi Masalah pada Remaja Putri?

Remaja putri merupakan kelompok yang rentan mengalami anemia dan stunting karena beberapa alasan, antara lain:

  • Remaja putri mengalami pertumbuhan cepat, sehingga kebutuhan zat besi dan gizi lainnya meningkat.
  • Remaja putri mengalami menstruasi, sehingga kehilangan darah dan zat besi setiap bulannya.
  • Remaja putri sering mengalami diet tidak seimbang, kurang konsumsi makanan bergizi, terutama yang mengandung zat besi, protein, dan asam folat, seperti daging, telur, sayur, dan buah.
  • Remaja putri sering terpapar infeksi, seperti cacingan, malaria, dan TBC, yang dapat menyebabkan perdarahan, penurunan penyerapan zat besi, dan peningkatan kebutuhan zat besi.
  • Remaja putri berisiko mengalami kehamilan dini, yang dapat menyebabkan komplikasi bagi ibu dan bayi, seperti anemia, BBLR, stunting, dan kematian.
BACA JUGA  Krisis Identitas di Kalangan Remaja: Sebuah Tinjauan

Anemia dan stunting pada remaja putri dapat menimbulkan berbagai akibat, antara lain:

  • Anemia dapat menyebabkan lemas, lesu, pusing, pucat, sesak napas, palpitasi, sakit kepala, dan gangguan konsentrasi, yang dapat mengganggu proses belajar dan aktivitas sehari-hari.
  • Anemia dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi, karena menurunkan sistem imun tubuh.
  • Anemia dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan, seperti perdarahan, abortus, eklampsia, dan kematian.
  • Anemia dapat menyebabkan bayi yang dilahirkan mengalami BBLR, prematur, asfiksia, infeksi, dan kematian.
  • Stunting dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak, yang dapat menurunkan kapasitas kognitif, emosional, dan sosial anak.
  • Stunting dapat menyebabkan gangguan fungsi organ tubuh, seperti ginjal, jantung, dan paru-paru, yang dapat meningkatkan risiko penyakit kronis di kemudian hari, seperti hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung.
  • Stunting dapat menyebabkan penurunan produktivitas dan pendapatan di masa depan, karena menurunkan tingkat pendidikan, keterampilan, dan kesehatan.

Bagaimana Cara Mencegah dan Mengatasi Anemia dan Stunting pada Remaja Putri?

Untuk mencegah dan mengatasi anemia dan stunting pada remaja putri, diperlukan upaya yang komprehensif dan terpadu, yang melibatkan berbagai sektor, seperti kesehatan, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Beberapa strategi yang dapat dilakukan adalah:

  • Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran remaja putri tentang pentingnya gizi seimbang, terutama yang mengandung zat besi, protein, dan asam folat, serta menghindari makanan yang menghambat penyerapan zat besi, seperti teh dan kopi.
  • Meningkatkan akses dan ketersediaan makanan bergizi, terutama yang mengandung zat besi, protein, dan asam folat, seperti daging, telur, sayur, dan buah, baik melalui produksi lokal, diversifikasi pangan, fortifikasi pangan, maupun suplemen gizi.
  • Meningkatkan pelayanan kesehatan, terutama pemeriksaan dan pengobatan anemia, infeksi, dan penyakit kronis, serta pemberian tablet tambah darah (TTD) secara rutin dan teratur kepada remaja putri.
  • Meningkatkan sanitasi dan higiene lingkungan, terutama akses dan penggunaan air bersih, jamban sehat, dan cuci tangan pakai sabun, untuk mencegah infeksi yang dapat menyebabkan anemia dan stunting.
  • Meningkatkan pemberdayaan remaja putri, terutama dalam hal pendidikan, keterampilan, dan pekerjaan, serta menghindari pernikahan dan kehamilan dini, yang dapat menyebabkan anemia dan stunting.
BACA JUGA  Mengapa Remaja Harus Ngemil Sehat

Tabel Perbandingan Anemia dan Stunting pada Remaja Putri

Kriteria Anemia Stunting
Definisi Kadar Hb dalam darah di bawah normal Panjang atau tinggi badan kurang dari standar usianya
Penyebab Kekurangan zat besi, infeksi, perdarahan, penyakit kronis Kekurangan gizi, infeksi, faktor genetik, lingkungan
Akibat Lemas, lesu, pusing, pucat, sesak napas, palpitasi, sakit kepala, gangguan konsentrasi, infeksi, komplikasi kehamilan dan persalinan, BBLR, kematian Gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak, fungsi organ tubuh, kapasitas kognitif, emosional, dan sosial, penyakit kronis, penurunan produktivitas dan pendapatan
Pencegahan Konsumsi makanan kaya zat besi, protein, dan asam folat, hindari makanan yang menghambat penyerapan zat besi, pemeriksaan dan pengobatan anemia, infeksi, dan penyakit kronis, pemberian TTD Konsumsi makanan bergizi seimbang, pemeriksaan dan pengobatan infeksi dan penyakit kronis, sanitasi dan higiene lingkungan, pemberdayaan remaja putri

Kesimpulan

Anemia dan stunting pada remaja putri merupakan masalah gizi yang perlu diatasi, karena dapat berdampak negatif pada kesehatan, kualitas hidup, dan produktivitas remaja putri, baik saat ini maupun di masa depan. Untuk mencegah dan mengatasi anemia dan stunting pada remaja putri, diperlukan upaya yang komprehensif dan terpadu, yang melibatkan berbagai sektor, seperti kesehatan, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Remaja putri harus mendapatkan asupan gizi yang seimbang, terutama yang mengandung zat besi, protein, dan asam folat, serta mendapatkan pelayanan kesehatan, sanitasi, dan higiene yang memadai. Remaja putri juga harus diberdayakan dalam hal pendidikan, keterampilan, dan pekerjaan,

Also Read

Bagikan:

Tags

Leave a Comment

Ads - Before Footer