Tantrum adalah perilaku agresif yang ditunjukkan oleh balita ketika mereka merasa kesal, marah, atau frustasi. Tantrum biasanya ditandai dengan menangis, berteriak, meronta-ronta, menendang, memukul, atau menahan napas. Tantrum adalah fase yang normal dari perkembangan anak, karena mereka sedang belajar mengungkapkan dan mengendalikan emosi mereka. Namun, tantrum juga bisa menjadi masalah jika terjadi terlalu sering, terlalu lama, atau melukai diri sendiri atau orang lain.
Penyebab Tantrum pada Balita
Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan tantrum pada balita, antara lain:
- Kebutuhan fisik. Balita yang merasa lapar, lelah, atau tidak nyaman bisa lebih mudah tantrum karena mereka tidak bisa mengatasi perasaan mereka dengan baik. Oleh sebab itu, penting untuk memastikan bahwa balita mendapatkan asupan nutrisi, istirahat, dan kenyamanan yang cukup.
- Kebutuhan emosional. Balita yang merasa kesepian, cemburu, atau takut bisa juga tantrum karena mereka ingin mendapatkan perhatian atau perlindungan dari orang tua. Oleh sebab itu, penting untuk memberikan kasih sayang, dukungan, dan keamanan yang cukup kepada balita.
- Kebutuhan sosial. Balita yang merasa bosan, kurang tertantang, atau tidak puas bisa juga tantrum karena mereka ingin mengeksplorasi, belajar, atau mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan. Oleh sebab itu, penting untuk memberikan stimulasi, kesempatan, dan batasan yang cukup kepada balita.
- Kebutuhan psikologis. Balita yang merasa putus asa, tidak dihargai, atau tidak berdaya bisa juga tantrum karena mereka ingin menunjukkan bahwa mereka memiliki kehendak dan kemampuan sendiri. Oleh sebab itu, penting untuk memberikan penghargaan, pujian, dan otonomi yang cukup kepada balita.
Gejala Tantrum pada Balita
Tantrum pada balita bisa dikenali dari beberapa gejala berikut:
- Menangis, mengamuk, merengek, dan berteriak.
- Menendang, memukul, atau mencubit.
- Berguling-guling di lantai.
- Menghentak-hentakkan kaki dan tangan.
- Mengencangkan tubuhnya hingga tampak kaku.
- Menahan napas.
- Melengkungkan punggung.
Gejala-gejala di atas bisa berlangsung dari beberapa detik hingga beberapa menit, tergantung pada intensitas dan durasi tantrum. Tantrum yang terlalu sering, terlalu lama, atau melibatkan kontak fisik dengan orang lain bisa menjadi tanda bahwa balita mengalami gangguan emosional yang perlu ditangani oleh dokter atau ahli.
Cara Mengatasi Tantrum pada Balita
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi tantrum pada balita, antara lain:
Cara | Kelebihan | Kekurangan |
---|---|---|
Mengabaikan | Bisa mengurangi frekuensi dan intensitas tantrum karena balita tidak mendapatkan respons yang diinginkan. | Bisa menimbulkan rasa tidak peduli atau tidak sayang pada balita. Bisa berbahaya jika balita melukai diri sendiri atau orang lain. |
Menenangkan | Bisa mengurangi stres dan ketegangan pada balita dan orang tua. Bisa meningkatkan ikatan emosional antara balita dan orang tua. | Bisa menimbulkan ketergantungan atau manipulasi pada balita. Bisa sulit dilakukan jika balita tidak mau diajak bicara atau disentuh. |
Mengalihkan | Bisa mengubah fokus dan suasana hati balita. Bisa memberikan kesempatan untuk belajar hal baru atau bermain. | Bisa menimbulkan kebiasaan buruk atau tidak bertanggung jawab pada balita. Bisa tidak efektif jika balita tidak tertarik atau tidak puas dengan hal yang ditawarkan. |
Memberikan pilihan | Bisa meningkatkan rasa percaya diri dan otonomi balita. Bisa mengajarkan balita untuk membuat keputusan dan menghargai orang lain. | Bisa menimbulkan kebingungan atau konflik pada balita. Bisa tidak sesuai dengan keinginan atau kebutuhan balita. |
Cara-cara di atas bisa digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi balita. Tidak ada cara yang paling benar atau paling salah, yang penting adalah konsistensi dan kesabaran dari orang tua. Selain itu, orang tua juga perlu mencegah tantrum dengan memenuhi kebutuhan fisik, emosional, sosial, dan psikologis balita secara seimbang.
Kesimpulan
Tantrum adalah perilaku agresif yang ditunjukkan oleh balita ketika mereka merasa kesal, marah, atau frustasi. Tantrum adalah fase yang normal dari perkembangan anak, namun juga bisa menjadi masalah jika terjadi terlalu sering, terlalu lama, atau melukai diri sendiri atau orang lain. Tantrum bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kebutuhan fisik, emosional, sosial, atau psikologis balita. Tantrum bisa dikenali dari berbagai gejala, seperti menangis, berteriak, meronta-ronta, menendang, memukul, atau menahan napas. Tantrum bisa diatasi dengan berbagai cara, seperti mengabaikan, menenangkan, mengalihkan, atau memberikan pilihan kepada balita. Orang tua juga perlu mencegah tantrum dengan memenuhi kebutuhan balita secara seimbang.